Detail Buku

Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II

ISBN
979-911-486-1
Pengarang
Ir.
Soekarno
Subyek
LITERATUR
Penerbit
Yayasan Bung Karno & PT Media Pressindo, Jakarta, 2015
Klasifikasi
800
Kolasi
xviii+766 hlm.; 20x27 cm.; Cet. 2, ilust.
Jenis
Umum
Status
Tersedia

Kalau pembaca tergolong orang dari generasi baru, artinya tidak pernah merasakan atau melihat sendiri pasang-surutnya kemerdekaan di zaman penjajahan Belanda, akan mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang hakiki perjuangan kemerdekaan di masa lalu, yaitu hal-hal yang tidak didapatkan dalam buku-buku sejarah. Antara lain akan mengerti, bahwa sejak 1926 Bung Karno sudah mencita-citakan persatuan antara golongan Nasional, Islam, dan Sosialis, sehingga persatuan itu pada hakikatnya bukan “barang baru” dalam rangka perjuangan rakyat Indonesia yang dipelopori oleh Ir. Soekarno. Apa yang tersurat dan tersirat dalam tulisan-tulisan itu, memperjelas pengertian Pembaca, bahwa Revolusi Agustus 1945 yang berhasil gemilang itu, bukanlah suatu “maha-kejadian” yang berdiri sendiri atau terjadi dengan sendirinya, tetapi suatu cetusan didalam sejarah yang sangat  erat sangkut-pautnya dengan kejadian-kejadian sebelumnya-dengan kata lain  kata erat hubungannya dengan persiapan-persiapan yang sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan oleh pergerakan-pergerakan kemerdekaan di Indonesia dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Buku ini merupakan penyegaran kembali dan kesadaran tentang apa sesungguhnya jiwa dan tujuan pergerakan kemerdekaan di masa yang lampau itu. Dengan membaca tulisan-tulisan Ir. Soekarno, orang dapat menelaah diri sendiri. Buku tebal ini juga memberi gambaran tentang pribadi Ir. Soekarno. Dalam tulisan-tulisan itu tergambarlah Bung Karno sebagai “pendekar persatuan”, sebagai “stateeg”, sebagai “pendidik”, sebagai “senopati” pemegang komando pergerakan kebangsaan, sebagai orang “Islam modern” yang gigih menganjurkan supaya pengertian mengenai Islam disesuaikan dengan kemajuan zaman yang pesat jalannya, sebagai “realistis”, sebagai humanis” dan sebagai pribadi tempat perpaduan tri-cita, yakni Nasionalis, Islamis, dan Sosialis. Last, but not least, tampak pula Ir. Soekarno sebagai “stylist” yang hebat, yang mempunyai kekuasaan untuk menyederhanakan pengertian-pengertian pelik supaya mudah ditangkap oleh pembaca-pembacanya yang berpengetahuan sederhana. Adakah “interessant” mengikuti evolusi dalam style Bung Karno dalam buku Dibawah Bendera Revolusi ini.  //yn

Berita Terbaru