Penulisan dan penerbitan profil seniman-budayawan Yogyakarta ini adalah wujud repek Dinas Kebudayaan DIY-melalui Taman Budaya Yogyakarta--kepada sejumlah tokoh yang telah teruji integritas, komitmen, kesetiaan dan dedikasinya di dalam berproses melahirkan karya-karya seni budaya yang penting dan bermakna. Sebut saja karya dan kerja kebudayaan 20 tokoh yang diprofilkan di dalam buku ini: Alia Swastika (kurator Seni), Ari Wulu (musisi), Ki Catur Benyek Kuncara (dalang wayang kulit), Daruni (penari, koreografer), Ki Gondo Suharno (dalang wayang kulit), GKR Hayu (pelestari budaya tradisi/keraton Yogyakarta), KPH Indrakusumo (budayawan Kadipaten Pakualaman), Jeannie Park (penari klasik dan pakar manajemen seni), Joni Wijanarko (pelestari budaya husada), Martinus Wiroto (penari/koreografer), KPH Notonegoro (pelestari budaya tradisi/keraton Yogyakarta), Putu Sutawijaya (perupa), Raudal Tanjung Banua (sastrawan), Rob Mudjiono BA (birokrat seni), KMT Suryowseso (penari/koreografer), Timbul Raharjo (seniman kriya), Umar Priyono (birokrat seni/budaya), Verry Handayani (teaterawan), Wahyu Anggoro Hadi (pelaku budaya), dan Wahyu Utami (filmmaker). Ke dua puluh tokoh seni dan budaya ini telah hadir dengan nilai, karya dan perspektif kulturalnya di DI Yogyakarta, bahkan Indonesia, dan dunia. Chairil Anwar mengucap, "Semua layak dicatat dan mendapat tempat".//yn
