Bapak pergi sekitar dua puluh tiga tahun yang lalu, saat aku masih berumur empat tahun, dan belum pulang sampai hari ini. Kata orang sih Bapakku diculik. Kata orang-0rang yang lain Bapakku dibunuh, dihilangkan. Ibu selalu tersenyum di depan kami, meski sebenarnya kami memahami air matanya tergenang di dalam kepala. Ibu lebih memilih menghapus air mata kami dan melupakan air matanya sendiri. Ibu selalu berhasil menenangkan kami dengan menjawab segala pertanyaan dari kami. Dua puluh tahun lebih ibu harus merawat, menghidupi, dan mendidik kami tanpa Bapak.//yn