Buku ini antara lain memuat esai panjang Gabo tentang perjuangan dan proses kreatifnya sebagai penulis, yang juga dilengkapi sejumlah wawancara. Setelah keluar secara sukarela dari sekolah hukum, Gabo kemudian menerjunkan diri sepenuhnya ke dalam kancah sastra dan jurnalisme. Pada masa ini Gabo adalah seorang penulis muda yang rudin dan miskin, tapi sepenuhnya dengan gairah untuk membuktikan diri. Dia sering menggelandang ke kafe-kafe dan rumah-rumah bordil, sambil terus menulis. kadang dia bisa menyelesaikan satu cerpennya dalam sekali duduk, dengan energi yang meluap-luap. Tapi pada periode yang lebih matang, Gabo jutru punya kesabaran yang luar biasa dalam mengendapkan dan mengolah sebuah tema. Misalnya, ia membutuhkan waktu hingga sepuluh tahun lebih sebelum memutuskan untuk menuliskan Seratus Tahun Kesunyian dan Musim Gugur Patriarch. Ia mengakui bahwa ia tak bisa menuliskan suatu tema "yang tidak bisa tahan menghadapi pengabaian selama bertahun-tahun". Disamping itu, buku ini juga memuat esai-esai perjumpaan dan pertautan Gabo dengan sejumlah orang penting diantaranya sang maestro Ernest Hermingway, juga dengan Fidel, Hugo Chavez dan Salvador Allende. Semuanya ditulis dengan asyik, efektif, dan imajinatif, sehingga meninggalkan gema panjang di benak kita.//yn