Kenyataan bahwa sebagian besar penduduk dunia bermukim di pedesaan, telah menjadikan masalah pembangunan desa sebagai isu sentral di negara-negara Dunia Ketiga sejak beberapa dasawarsa yang lalu. Namun, suka atau tidak suka, agaknya telah menjadi aksioma bahwa pembangunan pedesaaan sulit diharapkan hanya dengan mengandalkan kemampuan penduduk desa itu sendiri, sehingga "orang luar" yang "sok tahu" datang berduyun-duyun ke desa berbekal "pengalaman" yang diperoleh dari kunjungan singkat mereka yang bukan turun ke bawah, namun sebagai turis pembangunan. tak pelak lagi, mereka terperangkap ke dalam enam prasangka: keruangan, proyek, kelompok sasaran, musim, diplomasi dan profesionalisme. hasilnya adalah kesenjangan antara desar dan kota tidak kunjung mendekat, kalau tidak malah makin menjauh. Robert Chambers, yang sarat dengan pengalaman di beberapa negara Dunia Ketiga, mengajukan suatu konsep pembangunan desa yang baru dengan pendekatan terbalik dibandingkan dengan yang lazim dilakukan selama ini. hal-hal yang ditempatkan di urutan terakhir, kini justru ia dahulukan. Suatu cara yang dimulai dari belakang.//yn