"Perang melawan diri sendiri adalah bentuk peperangan terbesar di antara perang yang ada". barangkali itulah pesan singkat yang ingin ditampilkan dalam buku ini. Betapa tidak, di tengah tuntutan masyarakat akan hadirnya informasi yang cepat, akurat, dan sesuai dengan fakta yang ada, seorang jurnalis (wartawan) harus "berperang" melawan nuraninya. Berperang di antara tuntutan profesi dengan kekuatan modal (baca: kepentingan bisnis) yang mengharuskannya membidik sesuatu yang booming dan layak jual. Pendek kata, Idealisme seorang jurnalis, dalam kontek ini menjadi taruhan; akankah seorang wartawan lebih memilih korbankan nuraninya demi keuntungan perusahaan pemilik modal medianya, atau tegar memperjuangkan gelora idealisme yang diusungnya. Buku ini membeberkan jeritan seorang jurnalis saat melakukan tugas liputan di area konflik. Bagaimana ia harus bertarung dan berdiri tegak diantara tuntutan yang dihadapi, bisnis, info-faktual, pesan patriotisme dan gelora idealisme yang berkecamuk kelindan jadi satu. Di tengah-tengah pertarungan itulah, jurnalisme Damai (Peach Jounalism) menjadi pilihan yang menghibur di tengah suasana konflik yang ada. Adapun isi dari buku ini menceriterakan beberapa konflik : Konflik Sebagai Konstruksi Sosial, Media dan Liputan Konflik, Konflik dan Dilema wartawan, Kisah dari Liputan Konflik Aceh,...//Yeni