Awal sejarah pers di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus, berhubung dengan keadaan masyarakat, kebudayaan dan politik. Sejak pertumbuhannya pers di Indonesia mencerminkan struktur masyarakat majemuk, dengan adanya golongan penduduk yang terpisah satu sama lain: golongan penduduk Belanda, Tionghoa, Arab, dan India. Penduduk Indonesia sendiri pada zaman colonial berada dalam batas-batas hidup kesukuan. Dengan itu, Bahasa yang dipakai berbeda dan pers dipakai sebagai media pemberitaan dan pendapat yang berbeda pula, dan tidak jarang merupakan suara pendukung berbagai ideologi. Dalam bab kedua ini menguraikan tiga bentuk pers di Indonesia, yaitu pers Belanda, pers Melayu-Tionghoa, dan pers Indonesia. Mengenai pers Belanda diuraikan usaha-usaha pertama mendirikan percetakan dan penerbitan pers serta perkembangannya sampai akhir Hindia Belanda. Sebaliknya pers Melayu-Tionghoa mempunyai masalah sendiri sebagai usaha dan suara golongan usahawan Tionghoa, yang lebih suka pasang iklan di suratkabar mereka. Perkembangan pers di Indonesia, sebagian lagi karena munculnya elite Indonesia yang memerlukan media komunikasi. Ia merupakan tanda-tanda pertama perubahan masyarakat yang terjadi di Indonesia yang berkaitan dengan berkembangnya ekonomi terutama dengan makin banyaknya usaha perkebunan dan meluasnya perdagangan, pembaharuan politik dan didirikan sekolah-sekolah menurut model Eropa. Bab Ketiga menguraikan dua aspek khusus, yaitu mengenai perkembangan satu surat kabar local Tjahaja Sijang (1869-1927) ditengah-tengah pers daerah di Sulawesi Utara yang mencakup masa sampai tahun 1942. Sumber utama penelitian bagian ini ialah koleksi surat kabar Perpustakaan Nasional di Jakarta. Bab Keempat buku ini menitikberatkan kepada uraian sekitar masalah kebebasan pers dan tindakan -tindakan pemerintah terhadap kebebasan pers. Ia tidak lagi menguraikan ciri-ciri perkembangan pers pada masa revolusi dan masa percobaan Republik Indonesia dengan demokrasi parlementer, ataupun perkembangan pers pada masa “Orde Lama” dan “Orde Baru”. Kesatuan pelaksana penelitian telah mengambil jalur yang nyata sekitar masalah kebebasan pers yang berlanjut tidak menentu sepanjang sejarah pers Indonesia. //yn
