Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini secara beruntun berbagai wilayah di Indonesia dilanda berbagai jenis bencana alam. Baik bencana yang disebabkan alam, maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia sama-sama menelan banyak korban jiwa. Tingginya intensitas bencana alam telah membuka pola pandang dan pemahaman masyarakat terhadap kerentanan kondisi wilayah penghunian selama ini. Sebagian besar masyarakat di negeri ini belum menyadari sepenuhnya jika sebenarnya kita tinggal di kawasan rawan bencana alam. Tetapi dengan gencarnya informasi tentang kebencanaan yang telah menelan banyak korban, kesadaran terhadap persoalan bencana alam mulai muncul di permukaan. Maka dari itu diperlukan pola-pola penyikapan dari masyarakat di daerah rawan bencana. Pola itu menyangkut pengenalan terhadap pemahaman fenomena bencana alam, serta bagaimana perilaku masyarakat terhadap bencana alam itu sendiri. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : Diseminasi pengurangan resiko bencana masih dibutuhkan oleh komunitas masyarakat di daerah rawan bencana, Diseminasi pengurangan resiko bencana masih memiliki daya tarik, tetapi dalam implementasinya masih terjadi inkonsistensi, Simbol-simbol diseminasi pengurangan resiko bencana (formal) bisa dipahami dengan baik oleh masyarakat di daerah rawan bencana.demikian juga tanda-tanda alam di komunitas lokal, Media Televisi paling banyak digunakan untuk mencari dan menyalukan informasi tentang bencana alam. Kemusdian media interpersonal dan media tradisional,...//YnR