Buku ini merupakan sebuah novel. "Ketahuilah Kisanak! membatik sesungguhnya tidak berbeda dengan melakukan saresmi. Tidak cukup diajarkan dengan kata-kata. Tapi, melalui perbuatan nyata yang dilandasi Rada dari lubuk hati paling dalam. Hingga terjadinya perkawinan sempurna antara kain mori dan canthing yang berisikan cairan lilin. Karenanya, pejamkan kedua mata Kisanak. Mori putih akan segera aku bentang". Novel yang sangat seru ini mengupas sepenuhnya petualangan tokoh Cebolang yang ditemani Palakarti, Kartipala, Saloka, dan Nurwiti. Dan, bila dibandingkan dengan pengembaraan Syekh Amongraga yang cenderung filosofis, petualangan Cebolang niscaya jauh lebih heboh karena membawa kita pada pengetualangan Cebolang Niscaya jauh lebih baik heboh karena membawa kita pada pengetahuan yang sangat luas, tidak hanya persoalan filosofis, bahkan juga masalah seksualitas dan keduniawian. Dua hal tabu, namun realitasnya tumbuh subur di negara kita!. Dengan Teknik ulur mundur, Cebolang yang telah menemukan jodohnya dengan Niken Rancangkapti, adik Syekh Amongraga, terseret arus kenangan lamanya, saat ia mulai bertualang dari Padepokan Sokayasa, di Kaki Gunung Bisma dan berakhir di Goa Sigala. Tempat demi tempat pun ia singgahi. Dan segudang pengembaraan itulah, kita diajak mengikuti kisah-kisah unik, mencengangkan, kadang merangsang, namun sarat renungan yang sangat berharga. //Yn