Jurnalis era new media dituntut menjadi knowledge worker, sebagaimana tuntutan pada dunia industri maju lain, Dengan demikian, posisi tawarnya makin tinggi dan profesi yang digelutinya menjanjikan ditilik dari status sosial dan segi finansial. Namun bagaimana menghasilkan jurnalis masa depan yang bukan saja terampil menulis (Word Smart), melainkan juga cerdas dalam berpikir (logic smart)? bagaimana mengemas isi (Content) media cetak sehingga dapat bersaing dengan media elektronika yang jauh lebih cepat dan luas dari segi penyampaiannya? Di Indonesia, jurnalistik sastrawi dikenalkan dan dipraktikan majalah Tempo tahun 1970-an. Meski sudah lewat empat dekade, aliran jurnalistik tersebut belakangan ini baru booming di negeri kita. Belum ada buku khusus yang mengupasnya. Inilah buku pertama yang secara akademik membahas jurnalistik sastra, menggabungkan word smart dan logic smart. Memenuhi bukan saja kebutuhan akademis, melainkan juga praktisi dan pekerja media.//yn