Keberadaan khalayak adalah suatu keniscayaan bagi institusi penyiaran bila ingin konsisten mengaliri timeline sebagai media. RRI Radio Publik Milik Bangsa yang mengemban amanah sebagai salah satu media milik Negara yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa melalui produk siarannya. Dalam konteks ini, usaha untuk mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan bermedia khalayak (media habit), memetakan pendengar RRI dan mengetahui positioning RRI di tengah perubahan tatanan komunikasi antar-manusia yang tumbuh pesat dengan eksistensi media berbasis internet ditengah masyarakat, adalah hal terpenting bagi strategi diseminasi program siaran RRI. Terlebih, jika dilihat eksistensi bermedia dengan basis internet sekarang ini sudah merupakan trend-setter. Oleh karena itu kita memerlukan pengetahuan metodologis, bukan sekedar asumsi mengenai profil utuh pendengar setiap program siaran (channel). Latar belakang inilah sebenarnya yang mendorong Puslitbangdiklat RRI Bersama Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) untuk menerbitkan buku panduan melakukan Riset Khalayak sebagai upaya untuk memupuk pengetahuan metodologis tersebut. Dunia terus berubah, dan kebutuhan-kebutuhan khalayak. Kita harus menguasai “alat” untuk mengetahui hal tersebut. Media penyiaran radio pada umumnya memiliki wilayah lebih sempit dibanding dengan televisi. Stasiun radio memiliki sifat lokal yang lebih kuat, yang ditampilkan melalui format-format siaran tertentu. Berdasarkan kedua hal ini, dalam riset khalayak, dapat dilakukan riset-riset tertentu, antara lain: focus group discussion yang menunjang penelitian format siaran, perceptual calls-out yang lebih sering dilakukan untuk meneliti pilihan music selain untuk program, dan file-style analysis untuk memantapkan positioning. Dengan demikian RRI ataupun Lembaga Penyiaran memiliki dasar yang focus dalam memperbarui strategi kemasan program dalam format siarannya demi menjaga keabadian value sebagai Lembaga Penyiaran Publik.//yn