Buku ini pada tempat pertama adalah cerminan dialog yang harmoni antara iman-kebudayaan, di atasnya tema tentang agama asli harus direfleksikan. Dalam kebudayaan dan agama asli tersembunyi "ingatan masa lalu" dari suatu bangsa, satu kota, satu dusun, satu paroki dan keluarga. Dalam terang ini iman-kebudayaan tidak untuk dipertentangkan melainkan untuk didialogkan. Dalam terang dialog mereka saling melengkapi, saling menjelaskan, mengungkapkan dan memperkaya satu sama lain. Dari sudut pandangan pedagogi dan pastoral keduanya saling merujuk satu sama lain, ibarat dua sisi dari satu mata uang yang satu dan sama dan tak terpisahkan. Pada tempat kedua, buku ini adalah simbol kebangkitan kesadaran baru di dalam Gereja umat Allah. Penulis buku adalah anak tanah menyadari kebudayaan asli, warisan leluhur sebagai akar yang benar, sebagai sejarah pada saat yang sama adalah falsafah atau pandangan hidup, yang dimengerti sebagai pencarian jawaban akan pertanyaan mendasar mengapa manusia hidup. kebudayaan adalah pandangan tentang hubungan timbal-balik antara pribadi dengan yang lain, dengan tanah di atasnya manusia hidup, menderita, berjuang dan berkarya. Dalam terang ini penulis dengan sadar dan meyakinkan mengangkat, merefleksikan, memberikan nilai, bobot dan arti yang baru pada tradisi Ahar, jati diri dan peradaban orang Watuwawer. //ir
