Kekuatan buku ini adalah kajian lintas disiplin yang cair, yang dapat mengaitkan hal-hal yang tak terlihat berkaitan, seperti K-Pop dengan identitas Tionghoa dan gaya hidup islam, representasi kekerasan 1965 dengan premanisme dan tatanan politik formal. Buku ini menjawab kebutuhan dan pemahaman yang lebih kompleks tentang politik identitas dan budaya popular di Indonesia sesudah Reformasi. Dalam buku ini Penulis membawa kita ke suatu visual amat memukau, dan tampaknya menjadi awal kebangkitan budaya layar Indonesia. Karya ini menunjukkan bahwa gejala budaya yang seakan-akan baru lahir’ ini-yang diproduksi baik diatas layar maupun di balik layar-sekaligus bersifat global, punya sejarah panjang dan berakar mendalam pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. //yn