Dari sudut kajian budaya kritis, buku ini menyoroti bagaimana latar budaya pemilik media dan terutama para wartawan, turut mempengaruhi wawasannya mengenai kemiskinan dan mengapa pemberitaan mengenai kemiskinan menjadi penting. Buku ini menunjukkan bahwa proses eksklusi orang miskin yang terjadi secara nyata juga tergambar di halaman media. Media memperkuat ideologi konsensus yang menekankan kemiskinan sebagai obyek bantuan dan memperkuat anggapan yang memandang kemiskinan sebatas masalah sosial dan data statistik sehingga terbatas didalam meninjau sisi kemanusiaannya. Diperlukan representasi berita alternatif yang dijalankan oleh jurnalis lokal sebagai agen sosial dan aktor wacana. Sehingga representatasi dominan hegemonic masih dihadapi dengan representasi hegemoni-tandingan. Hal ini bisa membuka ruang kemungkinan bagi pluralism pandangan dan suara bagi orang miskin di halaman media.//yn