Satu tragedi dalam kegiatan pembangunan
masyarakat (community development), yang kini sedang popular dilakukan banyak
kalangan, adalah bahwa pendekatan seringkali terlalu terkesima oleh-untuk tidak
menyatakan sangat mengagungkan konteks lokal. Sedangkan sistem sosial yang
lebih luas yang menyangkut relasi kekuasaan; ketidakadilan gender
eksklusivisme, pembelaan hak-hak publik, dan kesetaraan soial kurang mendapat
perhatian. Seakan-akan komunitas lokal merupakan entitas sosial yang vacuum dan terpisah dari dinamika dan
pengaruh system social yang mengitarinya. Tidak ada yang salah dengan
pendekatan lokalisme seperti itu. Hanya saja tanpa perspektif holistik yang
memadukan kegiatan-kegiatan lokal dengan analisis kelembagaan dan kebijakan
sosial secara terintegrasi, pendekatan pemberdayaan masyarakat bukan saja
kurang efektif, melainkan pula tidak akan berkelanjutan. Diibaratkan dengan
analogi “ikan dan kail” , maka meskipun kelompok sasaran (taget group) diberi ikan dank ail sekalipun, maka mereka tidak akan
berdaya jika seandainya kolam dan sungai yang ada di seputar mereka telah dikuasai
oleh elit atau kelompok yang kuat. Bersandar pada pendekatan pembangunan
kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial (social
work), penulis berargumen bahwa gerakan membangun dan memberdayakan
masyarakat tidak akan optimal jika dilakukan secara parsial. Pengembangan
masyarakat memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan isu-isu lokal
dan global. Buku ini akan menambah wawasan bukan saja bagi para mahasiswa,
akademisi dan pemerhati ilmu sosial, melainkan pula dapat menemani dan
melengkapi konsepsi para pegiat pembangunan, mulai dari para pekerja sosial,
lapangan dan sukarelawan filantropis, hingga pekerja Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan pegawai lembaga-lembaga sosial, dalam menjalankan tugasnya di bidang
pembangunan masyarakat dan pemberdayaan rakyat. //ir