“Bangunan itu nyaris rubuh. Dindingnya miring
bersangga sebalok kayu. Atapnya bocor di mana-mana. Tetapi, berpasang-pasang
mata mungil menatap penuh harap. Hendak ke mana lagikah mereka harus bersekolah
selain tempat itu? Tak peduli seberat apa pun kondisi sekolah itu, sepuluh anak
dari keluarga miskin itu tetap bergeming. Di dada mereka, telah menggumpal
tekad untuk maju.” Begitu
banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar
Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah
walau keadaan tak bersimpati pada mereka. Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra
cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi
untuk memuaskan dahaganya akan ilmu bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan
padamu negeri di akhir jam sekolah atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut
kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif, dan
sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah
kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus, dan juga sembilan orang Laskar
Pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita.
Ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan
mereka, dan temukan diri Anda tertawa, menangis, dan tersentuh saat membaca
setiap lembarnya. Buku ini dipersembahkan buat mereka yang meyakini the magic
of childhood memories, dan khususnya juga buat siapa saja yang masih meyakini
adanya pintu keajaiban lain untuk mengubah dunia pendidikan. Laskar Pelangi,
kisah perjuangan anak-anak untuk mendapatkan ilmu. Diceritakan dengan lucu dan
menggelitik, novel ini menjadi novel terlaris di Indonesia. Inspiratif dan
layak dimiliki siapa saja yang mencintai pendidikan dan keajaiban masa
kanak-kanak. //ir