Esai
yang ditulis berisi topik-topik seni budaya, suatu pengalaman kami berdasarkan
keinginan menyampaikan sesuatu atas olah pikir dan olah rasa, tentu ini
menyangkut interaksi mengalami di panggung atau pada segala situasi yang
memberi inspirasi kami menulis dan berkarya, termasuk memanggungkan kreasi
seni-budaya. Untuk jadi sebuah buku, pengerjaan esai-esai ini tidaklah mudah,
terutama bagaimana mengangkat maksud dan cita rasa kebahasaan sebagai sesuatu
yang “pas” dan tidak menggangu bacaan, tentu penyelesaian yang ternyata pelik
dan berkeringat luar biasa. Dalam bentuk bahasa Sunda, buku dapat lebih mungkin
terwujud karena “bahan baku” asalnya berasal dari bahasa itu. Kesulitan terjadi
karena, antara lain, mentransformasikan maksud dan bahasa, dibutuhkan kepakaran
yang bukan sekedar mengetahui bahasa Sunda, tetapi adalah pemahaman menyeluruh
tentang seni-budaya juga. //ir
