Dalam kehidupan masyarakat, kita mengenal sejumlah kelompok yang paling mampu melakukan proses tawar-menawar, mengerahkan sumber-sumber kekuasaan secara maksimal dengan memilih saluran yang tepat untuk menyalurkan aspirasi mereka. Kelompok inilah yang dikenal sebagai kelompok yang memiliki kekuatan politik. Pemahaman dari sejumlah kelompok tersebut, termasuk didalamnya potret perjalanan dan peran mereka dalam kehidupan pemerintahan Indonesia, terangkum dalam buku ini. Terdapat 11 elemen Kekuatan Politik yang diulas dalam buku ini, diantaranya adalah Militer, LSM, Partai Politik, Organisasi Buruh, Golongan Intelektual, Pers dan Media Massa, Mahasiswa, Agama, Pengusaha, Lembaga Survei dan Birokrasi. Posisi dan peran/fungsi tiap-tiap kekuatan politik tersebut dapat dilihat dalam suatu sistem politik dan bagaimana mereka mencoba mempengaruhi proses pembuatan keputusan politik. Dilema yang paling berat bagi intelektual adalah dilema mengenai hubungan intelektual dengan kekuasaan (Sodjatmoko, 1984). Sedangkan media massa sebagai bagian dari kekuatan politik merupakan kekuatan keempat di dunia. Sejumlah fungsi yang dilakukan pers menyebabkan pers memiliki kemampuan daya tawar dengan kekuatan-kekuatan lain, tak terkecuali pemerintah. Selain pers/media massa, dua fungsi utama yang ada di mahasiswa adalah sebagai agent of change dan agent of social control. Kedua fungsi tersebut menempatkan mahasiswa diperhitungkan dalam konstelasi social politik. Militer juga merupakan poin penting dalam bahasan kekuatan-kekuatan politik. Posisi dominan sipil terhadap militer dalam suatu pemerintahan (subjective civilian control) dapat mendorong militer mengambil alih kekuasaan/terjun dalam dunia politik, mengingat militer memiliki naluri berpolitik (Huntington dalam Arif Yulianto, 2002.//yn