Berbicara dengan Sunyi kerap menjadi kebiasaanku. Tak hanya ketika aku tiba-tiba merasa sedih, ingin menangis, merasa kesepian, atau tiba-tiba ingin marah. Aku juga berbicara kepadanya ketika aku punya segudang pertanyaan. Apakah yang sebaiknya aku lakukan saat perasaan itu datang? Mengapa ketika aku berusaha tak memikirkannya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang remeh, perasaan itu mungkin malah menguat dan kian mengganggu? Di sini, aku berusaha menuliskan kembali semua perbincanganku bersama Sunyi. Perbincangan yang menjawab banyak pertanyaan. Karena bersama Sunyi, aku merasa lebih nyamandengan pola pikir “penerimaan pada saat ini”. Tidak terlalu menyesal akan masa lalu yang selalu tidak memberi kabar baru. Tidak begitu bergelisah akan masa depan yang selalu menawarkan ketidakpastian. Mengalir saja bersama cinta.//yn