Perhelatan Mantu (bagi orangtua pengantin) atau Upacara Temu Pengantin bagi orang Jawa merupakan sakral yang hanya boleh terjadi sekali dalam seumur hidup. Oleh karena itulah upacara yang dilakukan sarat makna dan petuah. Petuah itu ada yang terucap dan ada yang tersembunyi atau tersirat. Terkandung dalam berbagai simbol yang kelihatan maupun dalam berbagai aneka kemasan daun, bunga, dan berbagai tanaman dan makanan yang ada didalam masyarakat Jawa. Semenjak dari Pra-nikah, midodareni, panggih, dan resepsi nikah memuat serangkaian acara dan upacara yang sangat penting untuk masyarakat jawa. Orang Jawa memang terkenal sering menyamarkan tanda atau melalui perantara makanan, tanaman, ataupun peralatan tertentu. Tanda-tanda itu harus dipahami dengan pemahaman yang didapat melalui pembelajaran secara telaten dan teliti, barulah kita dapat mengetahui dan membaca maknanya. Ada baiknya setiap orangtua yang akan mengadakan perhelatan mantu, bahkan juga panitianya dan setidak-tidaknya pranatacara (pembawa acara) dan juru rias memahami berbagai petuah dan simbol yang ada dalam perhelatan suci tersebut. Kesempurnaan pelaksanaan hajat dalam sehari itu dianggap akan menentukan kesuksesan kedua pengantin dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Buku ini memuat memuat hal yang terkait tata cara pernikahan Jawa, mulai dari simbol-simbol dan arti ritualnya, pranatacara, rias, busana, srana, sesaji, dan makna-maknanya. Bahkan ada beberapa ubarampe (pernak-pernik piranti upacara) dan prosesi penting sarat makna yang saat ini sudah terlupakan.//yn