Surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa, kekuatannya terletak pada kesanggupan menggunakan bahasa secara terampil dalam menyampaikan informasi, opini, bahkan hiburan. Insan-insan pers tentu sudah dibekali ilmu tentang bahasa. Jika seseorang diarahkan untuk mengkaji tentang bahasa surat kabar, maka mereka tidak boleh melupakan bahasa itu secara kolektif, setidaknya bahasa dilihat dari segi sintaksis dan semestinya atau antara teks dan konteksnya atau seperti dikatakan oleh Halliday tentang struktur atas (surface structure) dan struktur bawah (deep structure), artinya makna apa dimaksud dibalik teks yang diungkapkan dari bahasa itu. Peran surat kabar dalam pembinaan bahasa selain dapat bersifat positif, namun juga dapat bersifat negatif. Jika Bahasa Indonesia digunakan oleh insan pers adalah bahasa dianggap benar secara konseptual dan terpelihara dengan baik. Maka tentu saja pengaruhnya terhadap masyarakat pembacanya pun baik dan bermakna positif. Akan tetapi, apabila Bahasa Indonesia digunakan oleh insan pers itu adalah Bahasa Indonesia dianggap kacau balau secara gramatikal dan tidak terpelihara dengan baik, misalnya penggunaan kata-kata atau pemilihan diksi didalam pembuatan judul berita, maka akan berpotensi memberikan pengaruh negatif karena pemaknaan kata tidak denotatif berpotensi melahirkan makna kata multi tafsir, sehingga sebuah judul berita dapat merugikan masyarakat pembaca. Bahasa Pers merupakan suatu ragam bahasa memiliki sifat-sifat khas secara singkat, padat, sederhana, lancar, jelas dan menarik.//yn
