“Hai Abu Thalib, lembah sudah mengering dan makhluk Allah dilanda dahaga. Segera mohonkanlah hujan untuk kami!” Memenuhi permintaan para pemuka Quraisy, Abu Thalib berjalan menuju Ka’bah bersama anak muda yang wajahnya cemerlang bak matahari dhuha, tetapi teduh menyejukkan – Muhammad. Menyandarkan punggung pada dinding Ka’bah sambil memegangi anak muda itu, Abu Thalib mengangkat tangan berdoa: “Turunkanlah hujan, wahai Tuhan kami. Kami ber-tawasul kepada-Mu dengan anak yang penuh berkah ini.” Serta merta, di langit yang tadinya sebening kaca dan biru bersih itu, awan mulai berhimpun. Gumpalan-gumpalan uap air bergulung-gulung dari pelbagai penjuru. Suara halilintar menggelegar bersahutan, dan hujan pun mengguyur Makkah dengan sangat deras. Itulah salah satu kisah menakjubkan tentang Nabi islam. Cerita tersebut, bersama kisah-kisah lain dalam buku ini, meyakinkan kita bahwa dialah Sang Mustofa, manusia terpilih itu.//yn