"Bersediakah kamu
menikahi kami?" Mestinya lamaran itu membuat Natisya bahagia dan
tersanjung. Persoalannya, dua lelaki berlutut bersamaan di hadapannya. Revan
mempersembahkan setangkai mawar merah, Ersad menyerahkan sekuntum mawar putih.
Sama-sama harum dan menawan. Persoalan lain, Natisya juga mencintai keduanya.
Haruskah ia memilih? Revan membuat hidupnya bergairah dan penuh tantangan.
Ersad mendamaikan dan meneduhkan hatinya. Cinta yang merah? Atau cinta yang
putih? Kehangatan membara? Atau ketulusan sederhana? Natisya tidak mau
mengulangi kesalahan, karena pernah kehilangan orang yang dicintainya. Revan
dan Ersad pun tidak mau melepaskan Natisya karena tahu betapa sakit rasanya
ditinggalkan. Tiga orang yang pernah gagal mencintai, persamaan nasib
menyatukan mereka. Di puncak Mount Eden yang indah di Selandia Baru yang
dipercaya suku Maori begitu dengat surga karena banyak permintaan dikabulkan di
sana Natisya berjuang mengambil keputusan. "Tunjukkan bagaimana membagi
hatiku dengan adil dan setara," kata Natisya disertai desir angin.
"Mencintai kalian berdua dalam satu waktu...." //ir