Karya produksi “Relokasi Di
Atas Awan” merupakan dokumenter jenis potret yang membahas tentang
perjalanankomunitas Anak Gunung Merbabu Merapi (AGMM) saat melakukan konservasi
alam dengan cara merelokasi tanaman endemik gunung yang sudah langka yaitu
pohon tengsek. Kegiatan relokasi ini menjadi yang pertama kali dilakukan di
atas gunung dengan ketinggian 2.361 Mdpl, sehingga menarik untuk diangkat
menjadi sebuah tayangan audio visual. Agar menjadi tayangan audio visual yang
baik dan menarik, peran sutradara dalam sebuah tim sangat dibutuhkan. Melalui
penerapan shot informasi dan camera angle, sutradara mencoba memberikan
tayangan audio visual yang dapat menambah informasi dan edukasi kepada audience
tentang relokasi di atas gunung. Shot informasi dalam penerapannya mendukung
penyampaian informasi kepada audience karena shot informasi berisi beberapa
shot yang terdapat informasi didalamnya. Penggunaan angle kamera menentukan
sudut pandang penonton dan dapat mempengaruhi makna suatu shot agar mudah
dipahami. Penerapan camera angle yang digunakan yaitu low angle, high angle,
dan eye level. penerapan tersebut digunakan untuk mendukung penyampaian
informasi melalui sudut pandang yang beragam dan bermakna. Karena karya ini
berupa prototype, sehingga sutradara menggunakan gambar yang sudah ada namun
disesuaikan dengan treatment sutradara dan penerapan yang ingin sutradara
pergunakan.//ir