Sarwidi adalah sosok tokoh inspiratif yang berasal dari pesisir Pantai Pelangi Yogyakarta. Dia mendirikan konservasi penyu dengan tujuan untuk melestarikan hewan langka tersebut. Walaupun Sarwidi harus menyediakan biaya yang ditanggung sendiri, namun hal tersebut tidak mengurungkan niatnya sedikitpun. Dengan kehidupan sehari–hari yang sederhanapun, Sarwidi tetap merawat konservasi penyu miliknya hingga saat ini. Dari kisah inilah penulis memutuskan untuk membuat sebuah karya dokumenter televisi yang berjudul “Asa di Pantai Pelangi”. Tujuan dari karya akhir ini adalah menciptakan karya dokumenter televisi dengan menerapkan Framing dan Rule of Third dalam Dokumenter Televisi “Sosok Nusantara” Edisi “Asa di Pantai Pelangi”. Metode yang diterapkan penulis dalam memperoleh data pada produksi ini adalah obserasi lapangan, pendekatan dan wawancara dengan narasumber terkait, serta dokumentasi audio-visual. Selama proses produksi penulis juga menggunakan metode sesuai dengan teori-teori yang relevan, seperti yang dikatakan Januarius (2013:45) “Framing adalah penempatan objek dalam bingkai layar televisi. Framing sangat penting untuk mendapatkan gambar yang seimbang serta enak untuk dilihat. Tujuan framing untuk mengosentrasikan perhatian penonton pada subjek utama dan untuk mencapai gambar yang memiliki daya tarik visual di layar televisi”. Berdasarkan analisa penciptaan yang penulis lakukan, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan framing dan rule of third ini sangat berguna dalam memfokuskan gambar pada tokoh, sehingga terciptalah sebuah cerita yang berkesinambungan dengan gambar yang menarik.//yn