Sarwidi adalah sosok inspiratif berasal dari pesisir Pantai Pelangi Yogyakarta. Sarwidi mendirikan konservasi penyu di pekarangan rumahnya, dengan tujuan mencegah jumlah populasi penyu semakin menurun. Konservasi sederhana yang Sarwidi bangun dengan biaya pribadi kini mulai menunjukan hasil. Masyarakat sekitar pantai pelangi yang semula abai dengan kelestarian lingkungan kini mulai turut peduli. Dari kisah inilah penulis memutuskan untuk membuat sebuah karya produksi dokumenter televisi dengan judul “Asa di Pantai Pelangi”. Metode yang diterapkan penulis dalam memperoleh data pada produksi ini adalah obserasi lapangan, pendekatan dan wawancara dengan narasumber terkait, serta dokumentasi audio-visual. Penulis sebagai penulis naskah membuat karya dokumenter televisi dengan menerapkan Gaya Bahasa Klimaks dan Alegori dalam Naskah Dokumenter “Sosok Nusantara” edisi “Asa di Pantai Pelangi”. Sesuai dengan teori yang dikatakan Tarigan (1985:5) “pengertian gaya bahasa bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau memengaruhi penyimak dan pembaca.” Berdasarkan analisa penciptaan yang penulis jabarkan, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan gaya bahasa dalam penulisan naskah dokumenter sangat baik untuk membangun keindahan kalimat dan imajinasi penonton.//yn