Kota Yogyakarta masuk kedalam 10 daerah intoleran di Indonesia. Salah satu kasus yang terjadi adalah hak kepemilikan tanah bagi warga Tionghoa yang tinggal di Yogyakarta. Sebagai pengarah acara, penulis melihat bahwa topik yang berbobot dan memiliki nilai berita ini cocok disajikan dengan memberikan kedinamisasian dalam visualnya dengan menerapkan type of shot dan elements of shot. Maka dari itu, penulis menciptakan dinamisasi visual dalam karya dokumenter televisi “Tionghoa, tanah, dan, Yogyakarta”. Tujuan dari dinamisasi visual yaitu memberikan bahasa visual yang menarik, informatif dan mengedukasi sehingga topik ini dapat dinikmati dan mudah dipahami yang disesuaikan dengan audio pendukung. Dalam proses penciptaan karya produksi, penulis menuangkannya dalam tiga tahapan sesuai dengan SOP (standard operating procedure) yaitu pra produksi untuk menentukan ide awal, kemudian produksi untuk mengeksekusi karya sesuai dengan perencanaan shotlist dan pasca produksi untuk menyunting hasil produksi. Melalui semua proses tersebut akhirnya terciptalah sebuah karya dokuemnter televisi yang bervisual dinamis, informatif dan mengedukasi.//yn