Sebuah film tentunya harus
bisa memberikan hiburan dan informatif kepada audiens. Pada pembuatan film yang
informatif penggunaan Shallow Depth Of Field akan memberikan kesan estetik dan
juga dapat memperkuat point of interest audiens. Selain itu, penggunaan frame
dalam seni artistic perlu diperhatikan dalam suatu produksi film. Penciptaan
karya produksi “Red Night” bertujuan untuk menciptakan output visual dengan
menerapkan teknik optimalisasi shallow depth of field dalam pengambilan
gambarnya. Optimalisasi shallow depth of field berhasil diciptakan menggunakan
5 lensa prime (16mm, 24mm, 35mm, 50mm, dan 85mm) dengan bukaan diafragma 1.5T
sampai 4.0T. Setiap pengambilan gambar juga harus memperhatikan focal length
lensa, jarak subjek, jarak foreground dan background. Selain itu shallow depth
of field sangat berpengaruh terhadap nilai artistic dimana semakin besar bukaan
diafragma pada lensa, maka nilai artistic pada foreground dan background akan
pudar (blurr). Sedangkan penggunaan shallow depth of field untuk mendapatkan
point of interest dapat dengan mudah di dapatkan jika angka focal length lensa
yang di gunakan besar, karena area focus yang digunakan juga akan bertambah
sempit. Depth Of Field, Artistic dan Point Of Interest ketiga hal tersebut
berpengaruh besar dalam pembuatan karya film yang informatif dan estetik. //ir