Pada produksi karya audio
visual terutama indepth reporting kerap kali mengalami kebuntuan karena
kurangnya bahan tayangan. Hal tersebut diperparah dengan penggunaan sumber
gambar berulang ataupun pembatalan penayangan. Oleh sebab itu, permasalahan
tersebut penulis angkat ke dalam tayangan audio visual dengan format indepth
reporting serta menggunakan metode motion graphic sebagai sarana penyelesaian.
Dalam proses produksi, penulis berperan sebagai editor grafis yang bertanggung
jawab untuk mengerjakan motion graphic sebagai pendukung hasil rekaman kamera.
Motion graphics merupakan grafis yang menggunakan rekaman video atau teknologi
animasi untuk menciptakan ilusi gerak atau rotasi. Metode ini memiliki
keunggulan di mana penerapannya memiliki kemungkinan tak terbatas. Beberapa
teknik motion graphic yang penulis terapkan yakni teknik 3D layer dan masking.
Kedua teknik ini memiliki fleksibilitas dalam penerapannya, sehingga dapat
berasimilasi pada kondisi apa saja. Teknik 3D layer dapat menciptakan kedalam
bidang pada sebuah objek sehingga objek tersebut dapat di animasikan dengan
lebih banyak opsi pergerakan. Teknik ini dapat memudahkan dalam proses animasi
objek dengan ukuran besar. Teknik masking yaitu teknik untuk menutupi objek
dengan objek lain, namun, objek yang menutupi terlihat transparan sehingga
fungsinya lebih seperti memberikan bingkat pada objek yang ditutupi. Teknik ini
dapat memudahkan dalam seleksi objek yang ingin di visualkan. Berdasarkan hasil
analisa yang dipaparkan, penerapan teknik motion graphic 3D layer dan masking
pada indepth reporting “EKSPOS” berhasil memberikan manfaat dan mendukung tayangan,
di antaranya untuk menciptakan grafis teks, peta, infografis yang membantu
menjelaskan informasi yang disampaikan. Selain itu, penerapan teknik motion
graphic masking kompatibel untuk diterapkan dengan teknik 3D layer hingga mampu
memberikan dukungann selama proses produksi motion graphic. //ir