Teknik developing shot
digunakan untuk menyampaikan informasi suatu latar, adegan maupun lokasi yang
ditampilkan, misalnya dalam bentuk eye catcher maupun insert. Dalam
penerapannya, ada beberapa karya dokumenter yang telah diamati tetapi belum
menerapkan teknik developing shot dengan baik, seperti beberapa pengambilan
gambar dengan shaking yang berlebihan, kurangnya pergerakan kamera sehingga
gambar yang ditampilkan hanya still sehingga akan monoton. Dengan penerapan
teknik developing shot memberikan sudut pandang yang berbeda, seakan-akan
penonton ikut terlibat. Akan tetapi developing shot perlu diterapkan dengan
baik, jika tidak maka makna yang ingin disampaikan sulit ditangkap dengan baik
oleh penonton atau terjadi disinformasi. Supaya tidak terjadi disinformasi maka
penerapan developing shot perlu diikuti dengan pemilihan komposisi dan size
shot yang menarik. Penerapan developing shot disertai dengan pemilihan size
shot menciptakan situasi maupun emosi subjek secara jelas, penerapan developing
shot dengan komposisi gambar akan menciptakan visual yang indah dan harmonis.
Hasil penerapan teknik developing shot dengan size shot dan komposisi gambar
yang menarik membuat penonton terpikat untuk dapat menyaksikan program
dokumenter ini dari awal sampai akhir. Penerapan teknik developing shot juga
menggunakan alat pendukung seperti stabilizer maupun tripod untuk mendapatkan
kestabilan dalam pengambilan gambarnya. Penerapan teknik pengambilan gambar
tersebut diterapkan dalam karya dokumenter “Banyusumurup, makam para pendosa
kerajaan mataram”. Dengan penerapan shot yang bervariasi tersebut menghasilkan
karya yang informatif dan atraktif untuk ditonton. //ir