Gunung Merapi menyimpan banyak sumber daya alam yang bermanfaat bagi masyarakat yang hidup disekitarnya. Akan tetapi dibalik sumber daya alam yang banyak tersimpan, Gunung Merapi juga menyimpan ancaman, salah satunya erupsi. Salah satu aspek pendukung yang mampu membantu masyarakat dalam menghadapi erupsi adalah sosialisasi dengan literatur yang mampu diterima pola pikir masyarakat secara mudah seperti dokumenter televisi. Penulis memilih format dokumenter televisi dalam penciptaan karya produksi "Maha Guru Merapi" karena format tersebut mampu menyampaikan informasi secara faktual dan akurat. Dengan gaya expository documentary, penulis sebagai sutradara menyampaikan informasi dan fakta menyeluruh mengenai Gunung Merapi di dokumenter televisi "Maha Guru Merapi" dari bagaimana Gunung Merapi terbentuk sampai proses mitigasi. Dengan adanya mitigasi atau pengurangan resiko bencana, diharapkan kehidupan masyarakat akan merasa aman sekalipun berada dibawah ancaman Gunung Merapi di masa yang akan datang. Makna cerita dalam karya dokumenter ini didukung pula dengan penyajian visual yang menarik. Sebagai bagian dari kreativitas subjektif, penulis memasukkan elemen Tolok Ukur Penyampaian Bahan yakni footage, grafis dan animasi, narasi, synchronous sound dan backsound, serta ilustrasi gambar, pada dokumenter televisi "Maha Guru Merapi. Tujuan dari pengaplikasian kelima elemen tersebut agar hasil dapat dipahami oleh masyarakat umum. Dokumenter ini terbagi atas lima segmen, yaitu segmen pertama mengenai terbentuknya Gunung Merapi, segmen kedua kegiatan BPPTKG dalam mengatasi letusan Merapi yang akan datang, segmen ketiga tentang penggambaran letusan Merapi tahun 2010, segmen keempat tentang dampak letusan dan mitigasi bencana, dan segmen kelima atau terakhir tentang kontempelasi agar audiens lebih mengenal dan bersahabat dengan alam.//Ir