Sandiwara radio pernah mengalami kejayaan pada era tahun 1980-an masyarakat Indonesia pada saat itu banyak yang menggemari beberapa sandiwara radio seperti sahur sepuh. Salah satu keberhasilan sandiwara itu tidak terlepas dari upaya sutradara dan tim produksi yang bisa mengarahkan dan menciptakan pembangunan karakter per adegan dengan baik. Sehingga para pendengar mampu membayangkan dan mengidentifikasi masing-masing karakter tokoh yang dimunculkan. pendengar juga mampu mengimajinasikan plot cerita yang disajikan. Plot cerita itu dikemas dengan sentuhan tata artistik (Sound Effect, Atmosphere Sound, dan Musik Ilustrasi) yang baik. Totalitas dalam pelaksanaan produksi membuat sandiwara radio ini mampu membangun imajinasi yang utuh dalam benak pendengar (Theater Of Mind). Seiring munculnya industri televisi, radio mulai ditinggalkan oleh para pendengarnya. Program acara sandiwara radio juga mulai kehilangan pendengarnya. Sekarang sandiwara radio sudah jarang terdengar distasiun radio. Selain berkembangnya televisi, faktor langkanya generasi penulis naskah radio dan sutradara radio juga ikut mempengaruhi hilangnya sandiwara radio. Oleh karena itulah penulis tertantang untuk memproduksi sebuah sandiwara radio. Penulis mengambil peran sutradara yang lebih terfokus kepada upaya bagaimana mengoptimalisasikan tugas sutradara dari pra produksi hingga pasca produksi. Tujuan dari upaya ini adalah menciptakan hasil karya produksi yang menarik, dapat dimengerti alur ceritanya, dan berhasil membangun imajinasi pendengar dari arahan sutradara. Selain itu pesan yang ingin disampaikan terkemas dalam cerita dapat diterima oleh pendengar.//Ir