Tugas akhir penciptaan karya produksi ini ditulis oleh Zenith Luthfia dengan mengangkat judul Penciptaan Dramatic Tension Penulisan Naskah Feature Televisi "Kulturnesia, Episode "Nyanyian Surga Pengobat Jiwa". Seni musik gamelan atau yang lebih dikenal dengan karawitan merupakan salah satu alat musik tradisional Indonesia. Alat musik ini biasanya digunakan hanya sebatas materi hiburan yang memanjakan telinga ataupun sebagai pengiring dalam adat dan kebudayaan masyarakat Jawa. Namun ternyata gamelan memiliki manfaat lain yang mengagumkan, yaitu dapat digunakan sebagai media terapi dan pembelajaran bagi anak-anak penyandang autisme. Intisari dari penggunaan gamelan tersebut adalah untuk meredam sifat egois dari anak-anak penyandang autisme. Dengan gamelan sebagai media terapi dan pembelajaran, perilaku egois tersebut dapat berkurang karena sebenarnya untuk bermain gamelan dibutuhkan kerjasama yang kompak antara masing-masing niyaga atau penabuh. Penulis sebagai penulis naskah memilih obyek dengan visualisasi berupa anak-anak penyandang autisme yang menabuh gamelan dalam konteks terapi dan pembelajaran sebagai penekanan aspek dramatic tension pada karya produksi feature ini karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa haru pada audience, walaupun kadang bersifat subyektif dan abstrak. Penulis mengadaptasi dramatic tension tersebut berdasarkan teori dramatika dari Brander Matthews dan Aristoteles. Kegunaan dramatic tension pada karya ini, yaitu sebagai pemicu untuk menaik turunkan emosi penonton melalui sebuah tayangan. Struktur dramatik di dalam feature ini pun menggunakan pendekatan artistik jurnalistik. Pemilihan feature sebagai format program dalam karya produksi ini karena penulis ingin membahas tema gamelan dari beberapa sudut pandang masalah seperti dari segi budaya, seni, dan medis atau kesehatan. Pada kenyataannya gamelan dipercaya memiliki efek terapeutik bagi beberapa anak-anak penyandang autisme. Efek terapeutik berupa, beberapa perubahan positif yang dirasakan terjadi pada diri anak-anak tersebut, yaitu meningkatnya daya konsentrasi dan memori, serta berkurangnya kebiasaan tantrum atau mengamuk dan memperlihatkan kesedihan tanpa alasan jelas yang lazim dimiliki oleh anak-anak penyandang autisme.//Ir
