Indonesia
merupakan negara kaya akan warisan budaya, mempunyai karakter berbeda – beda di
setiap daerah. Salah satu karya seni kontemporer jaman sekarang yang diminati
banyak kaum seniman maupun penontonnya adalah fashion karnaval. Karnaval atau
carnivale sebagai sebuah atraksi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
atau perayaan yang menyertakan arak-arakan atau parade. Di daerah-daerah yang
masih memiliki tradisi kasultanan seringkali juga melakukan prosesi semacam
karnaval dalam kepentingan ritual. Tentunya ini sangat berbeda dengan karnaval
busana yang mendekonstruksi jalanan sebagai catwalk. Salah satu karnaval yang
seperti ini (bukan ritual namun fashion) telah hadir di Yogyakarta sejak tahun
2004 bernama Jogja Fashion Carnaval atau disingkat JFC. JFC setiap tahunnya
diadakan di Jalan Malioboro dan diikuti oleh berbagai macam perwakilan sanggar
seni di berbagai daerah di Pulau Jawa. Di tahun 2018, kontingen Gunungkidul
diwakili oleh Sanggar RnB dan dipelopori oleh seorang seniman putra daerah
bernama Rosanto Bimo. Program feature human interest ini memberikan pengetahuan
serta hiburan kepada masyarakat menggunakan narasi yang bersifat ekspositoris
atau berupa penjelasan yang kuat di setiap gambarnya dengan gaya bahasa
hiperbola dan personifikasi. Sebagai penulis naskah, penulis
mengimplementasikan teori gaya bahasa hiperbola dan personifikasi pada awalan
kalimat, pada kalimat yang menunjukan antusias dan jumlah penonton karnaval,
dan keindahan kostum Dhaksinarga Bhumikarta. Tujuan program acara ini adalah
memberikan informasi dan edukasi kepada audiens melalui audio visual, tentang
keindahan kostum Dhaksinarga Bhumikarta yang menjadi ciri khas batik
Gunungkidul ciptaan seniman Rosanto Bimo. //ir