Seorang gadis kecil yang memiliki kedua orangtua tuna rungu dan tuna wicara, namun mereka mampu berkomunikasi dengan baik. Realitas tersebut layak untuk diangkat menjadi topik program dokumenter potret, karena mampu memotivasi masyarakat untuk selalu berjuang dan bersyukur dalam menjalani kehidupan. Proses penciptaan karya dokumenter potret ini diawali dengan proses pra produksi, produksi dan pasca produksi. Dalam serangkaian proses tersebut terjadi pengembangan ide karena ditemui hal-hal menarik pada saat melakukan riset, wawancara, dan observasi di lapangan. Ide seperti angle, sub angle, sinopsis, dan treatment terjadi pengembangan karena kepekaan dan kreativitas yang dimiliki penulis dalam melihat sekeliling lingkungan untuk menggali fakta yang lebih dalam. Karya dokumenter ini memiliki gaya cerita yang sederhana namun mampu merangkul semua kalangan pemirsa yang menyaksikan. Melalui proses pengembangan ide, pengemasan karya dokumenter mampu memberikan pesan yang kaya rasa, karena ditemui hal-hal yang tidak disangka sebelumnya. Karya ini dapat menginspirasi pemirsa agar memperhatikan hubungan dan komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak serta sesama makhluk hidup.//yn