Centhini Tambangraras Amongraga Jilid 8
Serat
Centhini yang ditulis dalam kurun waktu 1814-1823 dan oleh penyadurnya disebut
sebagai “Ensiklopedi Budaya Jawa” merupakan buku yang sangat berharga mengingat
buku ini membicarakan banyak perkara. Ia begitu kaya dengan perincian situasi
dan peristiwa. Ceritanya selalu mengandung maksna yang bisa diamalkan dalam
kehidupan riil. Pada jilid ini menceritakan, Seh
Amongraga pergi meninggalkan isterinya diiringi oleh dua pengikutnya. Mereka
sampai di Hutan Kabarehan. Seh Amongraga masuk ke Hutan Kabarehan diiringi oleh
Ki Arisbaya. Di dalam hutan, ia menyaksikan berbagai macam makhluk halus. Seh
Amongraga terus berjalan hingga sampai ke berbagai gunung dan masuk ke banyak
gua. Kemudian, Seh Amongraga sampai di lereng Gunung Lawu dan bertemu dengan
Wasi Wregasana. Wasi Wregasana memberikan uraian Pakuwon dan pengetahuan
tentang hari naas. Wasi Wregasana kagum dengan ilmu yang dimiliki oleh Seh
Amongraga. Wasi Wregasana kemudian masuk Islam dan berganti nama menjadi
Wregajati serta mengikut perjalanan religius Seh Amongraga. Sepeninggalan Seh
Amongraga, mertua serta istrinya sangat sedih. Niken Tambangraras lupa makan
dan tidur, hanya shalat, mengaji Al-Quran, dan bersedekah kenduri selamatan.
Jayengresmi, Jayengraga, Kulawirya, dan Nuripin pergi mencari Seh Amongraga.
Dalam perjalanan itu, Jayengraga dan Kulawirya tergoda berbuat tidak senonoh
karena nafsu berahinya. //ir
Tidak tersedia versi lain