Buku

Penerapan Direct Cinema dalam Penyutradaraan Dokumenter "Hidup Di Tengah Pandemi"

Penciptaan Dokumenter “Hidup di Tengah Pandemi” ini dilatarbelakangi oleh keresahan mahasiswa yang dihadapkan keadaan pandemi COVID-19. Berbagai permasalahan terjadi baik mikro ataupun makro, dalam karya ini penulis memfokuskan apa yang terjadi disekitar penulis dalam rentang waktu bulan maret sampai juli 2020. Penulis mendapatkan informasi melalui studi pustaka, observasi dan wawancara. Dokumenter ini terbagi menjadi 4 sequence: (1) pengenalan Corona, (2) keadaan subjek-subjek, (3) pro kontra mahasiswa, dan (4) ending. Penulis sebagai sutradara mengambil 3 fokus, yaitu direct cinema, shot informasi, dan shot motivasi dengan tujuan mampu memberikan kedekatan cerita terhadap penonton. Dokumenter dikemas dengan menangkap realita dan apa adanya. Realita yang dimaksud adalah kejadian yang telah, sedang, atau akan terjadi dan terekam oleh kamera sebagai mata film. Sebagai sutradara pada produksi ini, maka penulis lebih memperhatikan bagaimana merekam dokumenter dengan penerapan penyutradaraan direct cinema, shot informasi, dan shot motivasi guna mendapatkan emosi dan estetika dari setiap kejadian yang terekam oleh kamera dengan gaya penyutradaraan direct cinema. //ir

Oleh Azka Nafisa

Peran Produser dalam Implementasi Fungsi Manajemen pada Program Musik Televisi Soundihoey

Televisi sebagai media informasi dan hiburan yang murah, mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Dalam siarannya, televisi memiliki beragam program, salah satunya adalah program musik. Program musik Soundihoey akan menampilkan musisi yang berdiri sendiri tanpa adanya campur tangan produser besar atau biasanya diartikan musisi tersebut berada pada labelnya sendiri (bukan major label) atau biasa disebut dengan musisi independen. Pada pembuatan program musik televisi dengan menggunakan metode produksi berupa tahapan produksi, diperlukan keberadaan kerabat kerja salah satunya adalah produser. Salah satu peran penting produser dalam suatu program acara televisi adalah pada manajemen produksi. George R. Terry membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling (Pengawasan) yang kemudian disingkat POAC. Keempat fungsi inilah yang penulis implementasikan ke dalam produksi program musik Soundihoey mulai dari pra produksi, produksi (shooting), hingga pasca produksi. Melalui fungsi planning, penulis memiliki pegangan ketika proses produksi. Fungsi organizing untuk pembagian kerabat kerja sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar tugas, fungsi actuating yang diimplementasikan terhadap seluruh proses produksi, dan fungsi controlling sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan planning. Keempat fungsi manajemen ini telah penulis implementasikan sebagai bentuk peran penulis sebagai produser sehingga didapatkan hasil produksi sesuai dengan tujuan awal. //ir

Oleh NiMade Indah Agustia Dewi

Variasi Shot dalam Penyutradaraan Program Magazine Show Televisi "Sweet Escape" Episode Ngedate Aman Ala Milennials Jakarta"

Perancangan penciptaan program Magazine Show Televisi “Sweet Escape” Episode “Ngedate Aman Ala Milennials Jakarta” dilatar belakangi oleh hebohnya kasus virus corona pada Maret 2020 lalu. Mulai saat itu, protokol kesehatan menjadi salah satu hal penting yang menjadi syarat untuk memasuki berbagai sektor, khususnya destinasi wisata. Melalui program magazine show televisi “Sweet Escape” episode “Ngedate Aman Ala Milennials Jakarta”, memberikan informasi terkait tempat wisata yang aman untuk dikunjungi pada era normal baru, serta sudah memenuhi protokol kesehatan yang sesuai dengan anjuran pemerintah. Informasi ini dikemas dalam format magazine show yang berisikan 6 rubrik yaitu: (1) Eat n Eat, (2) Tips n Trick, (3) What’s In, (4) Highlight, (5) CeVer dan (6) Hot Spot. Penulis sebagai sutradara menerapkan variasi shot dalam program ini dengan memperhatikan type shot, shot angles dan camera movement pada tiap rubrik yang disajikan. Hasil penerapan variasi shot pada setiap rubrik dianalisis dalam bentuk deskriptif. Penerapan variasi shot dalam program ini bertujuan untuk memberikan kesan gambar terlihat dinamis dan dapat menghibur sehingga informasi akan tersampaikan dengan baik. //ir

Oleh Rizky Amalia

Narasi Ekspositoris dalam Naskah Dokumenter Televisi "Arunika" Episode "Suara Tak Bertuan"

Penyakit mental khususnya Skizofrenia saat ini telah menjadi sorotan dan memerlukan upaya untuk memberikan pemahaman masyarakat, salah satunya melalui televisi. Program dokumenter dianggap dapat menjembatani antara para penderita dan masyarakat yang masih awam dengan penyakit mental. Tujuan dari program ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai Skizofrenia. Penulis berprofesi sebagai penulis naskah dan menggunakan pendekatan narasi ekspositoris dengan gaya bahasa percakapan. Program ini merupakan dokumenter rekonstruksi berdurasi 15 menit, dengan target audience 15-30 tahun yang membahas mengenai kisah Nurina Susanti, seorang penderita Skizofrenia yang hingga saat ini berusaha agar dapat melakukan aktivitas seperti masyarakat pada umumnya. Program dokumenter “Arunika” menceritakan ulang kisah dari sudut pandang penderita Skizofrenia, dimulai dari penyebab, saat didiagnosa menderita Skizofrenia, hingga menjalani rehabilitasi untuk melatih kemandirian dan kemampuan berinteraksi sosial. Informasi yang terdapat pada program ini adalah penyebab seseorang menderita Skizofrenia, jenis suara yang didengar, jangka waktu berobat yang harus dijalani, kesulitan yang dialami, beberapa kegiatan yang dilakukan saat rehabilitasi, dan perubahan sejak menjalani rehabilitasi. Penyampaian kalimat diterapkan pada seluruh narasi, menggunakan kata yang familiar dan bahasa percakapan. //ir

Oleh Darmanta Noorfauziah Maulidania

Penerapan Tangga Dramatik dalam Penulisan Naskah Drama Radio "Tegar"

Drama radio “Tegar” menceritakan perjuangan seorang anak korban bullying yang dapat keluar dari permasalahan hidup. Penciptaan drama radio “Tegar” karena bullying memiliki dampak negatif bagi pelaku dan korban serta kasus bullying berdasarkan data dari KPAI dan data dari UPT.PTPAS masih memerlukan penanganan yang intensif untuk mencegah terjadinya kasus bullying. Untuk itu penulis ingin ikut berperan dalam mengatasi kasus bullying dengan membuat naskah drama radio “Tegar” yang memberikan hiburan dan edukasi tentang bullying. Penulis sebagai penulis naskah menerapkan tangga dramatik skema Hudson pada naskah drama radio “Tegar”. Tujuan dari tangga dramatik untuk membuat pendengar penasaran dengan alur cerita sehingga semua pesan tersampaikan secara baik. Penulis dalam penciptaan naskah drama radio “Tegar” melakukan riset dengan membaca buku, jurnal serta internet dan menonton film dan mendengarkan radio. Selain itu penulis melakukan observasi, dan wawancara. Proses pembuatan naskah drama radio “Tegar” dimulai dari pra produksi yaitu mencari ide, menentukan tema, melakukan riset, dan mengumpulkan materi. Kemudian produksi yaitu membuat, sinopsis, dan membuat treatment. Terakhir pasca produksi yaitu membuat fullscript, melakukan evaluasi, dan penulisan kembali. Penulis berharap karya produksi naskah drama radio “Tegar” dapat membantu dalam mengatasi bullying. //ir

Oleh Ridha Fathurrahman Muhammad

Berita Terbaru