Sarwidi merupakan sosok tokoh inspiratif yang lahir dan besar di pesisir Pantai Pelangi Yogyakarta. Dia adalah seorang buruh serabutan yang bersedia menyisishkan sedikit penghasilannya untuk mendirikan konservasi penyu dengan tujuan untuk menjaga populasi penyu yang jumlahnya semakin berkurang setiap tahunnya. Konservasi mandiri milik Sarwidi ini menampung telur penyu yang ditetaskan dengan cara penetasan semi alami. Walaupun dari latar belakang yang bisa dibilang kurang mampu, Sarwidi tulus menjaga penyu mulai dari telur hingga penyu memasuki usia yang siap untuk di lepaskan ke habitat aslinya. Dengan data penurunan populasi penyu dan kisah Sarwidi ini, mendorong penulis untuk mengangkat persoalan tersebut dalam produksi dokumenter biografi atau potret dengan judul “Asa di Pantai Pelangi” yang disajikan dalam program bernama “Sosok Nusantara”. Metode yang penulis terapkan dalam memperoleh data pada produksi ini yaitu dengan riset online sebagai informasi awal, obserasi lapangan, pendekatan, wawancara dengan narasumber terkait, dan dokumentasi audio-visual. Penulis sebagai produser dalam membuat karya dokumenter televisi ini menerapkan jenis Jurnalisme Advokasi. Sesuai dengan teori yang dikatakan komunikolog Amerika Serikat, Fred Fedler (2001:9), jurnalisme advokasi adalah kegiatan jurnalistik yang berupaya menyuntikan opini kedalam berita. Berdasarkan analisa penciptaan yang penulis lakukan, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan jurnalisme advokasi ini sangat berguna dalam memfokuskan permasalahan yang dibahas sehingga terciptalah sebuah permasalahan yang diangkat secara ringan dan menginspirasi sehingga penonton lebih mudah mencerna inti dari karya ini.//yn

Tidak tersedia versi lain

Tidak Ada Data