Dalam keadaan krisis seorang juru bicara dapat menjadi pedang bermata dua bagi organisasi atau lembaga yang diwakilinya. Pemilihan kata, mimik dan gesture saat menyampaikan pesan dapat menimbulkan berbagai macam efek dipublik yang bisa saja terbalik dari yang diinginkan pihak komunikator karena kurang nya analisis. Kasus seperti ini dapat dilihat pada video “Update Covid19–Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Pemerintah Covid-19” yang ditayangkan di Youtube BNPB Indonesia. Pada pemaparannya terkait informasi mengenai Covid-19. Achmad Yurianto sebagai jubir pemerintah terkait covid-19 melakukan blunder dengan menggunakan kata “kaya dan miskin” yang banyak ditangkap negatif oleh public karena adanya wacana isu kelas sosial yang terdapat dalam video tersebut. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan istilah kaya dan miskin tersebut dapat membuat gaduh masyarakat, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini dengan menggunakan metode discourses analysis atau analisis wacana kritis Norman Fairclough, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan dokumentasi yang didapatkan pada video unggahan channel Youtube BNPB melalui link https://youtu.be/p6YEgwHRWpY. Dalam penelitan ini menemukan adanya isu kelas sosial yang dalam wacana video update covid-19, yang ditemukan berdasarkan dimensi isi, dimensi praktik kewacanaan, dan praktik sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya wacana isu kelas sosial yang terdapat dalam video update Covid-19 yang menunjukkan ketimpangan relasi kuasa sehingga tidak berhasil menghagemoni khalayak kerana adanya kesadaran dari khalayak, bahwa upaya penanganan pandemi covid 19 yang merupakan kebutuhan semua orang dan harusnya tanpa membeda bedakan kelas sosial.