Buku

Penerapan Variasi Shot dalam Produksi Musik Show "Keroncong" A Tribute to Didi Kempot

Televisi masih menjadi media yang paling berpengaruh dalam persebaran informasi dan hiburan di Indonesia. Berdasarkan data tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa media televisi masih menjadi pilihan untuk tempat menonton masyarakat Indonesia, Sebagai media hiburan ada berbagai macam program seperti drama televisi, feature, dokumenter, talk show, dan musik show yang disajikan dalam bentuk audio visual. Penonton bebas memilih program yang diminati, salah satu program televisi yang memberikan hiburan adalah program musik show. Variasi gambar dalam sebuah program musik sangat penting dan berpengaruh pada tingkat suasana hati penonton, sehingga diperlukan visual dengan variasi shot yang dinamis, berdinamika dan tidak membosankan. Tanpa penerapan variasi shot, program acara akan menjadi monoton, statis dari segi visual, dan akhirnya membuat audience menjadi bosan. Keroncong A Tribute To Didi kempot merupakan program yang menampilkan tayangan musik keroncong dengan membawakan lagu dari Alm. Didi Kempot. Produksi ini bertujuan untuk menerapkan variasi shot pada gambar sehingga memberikan visual yang variatif, menarik dan tidak membosankan. Penerapan variasi shot pada program Keroncong menggunakan teknik pengambilan gambar simple shot, complex shot, dan developing shot. Teknik simple shot berhasil diaplikasikan untuk pengambilan gambar detail pada permainan musik, sehingga apa yang diinformasikan di dalam musik tersebut menjadi jelas. Teknik complex shot berhasil diterapkan untuk pergerakan kamera yang smooth sehingga tercipta dinamisasi gambar yang baik. Teknik developing shot berhasil diterapkan untuk menunjukkan pergerakan kamera mengikuti tempo lagu yang dimainkan dengan teknis stabil, dan dinamis. //ir

Oleh Michael Alvin Malaha

Penerapan Kesinambungan Gambar pada Program Dokumenter Televisi Neraca Kehidupan "Ojek Istimewa"

Program dokumenter televisi Neraca Kehidupan “Ojek Istimewa” adalah sebuah karya dokumenter potret yang membahas tentang permasalahan kesetaraan hak penyandang disabilitas. Pada program dokumenter ini diperlukan penerapan teknik editing untuk membangun kesinambungan gambar agar menjadi sebuah tayangan yang informatif. Teknik yang diterapkan pada karya ini adalah Cutting by Narration, Cutting by Rhythm, dan Color Correction. Teknik Cutting by Narration adalah teknik perpindahan gambar berdasarkan narasi yang sesuai dari naskah atau narator. Teknik Cutting by Rhythm adalah teknik perpindahan gambar berdasarkan tempo atau beat dari ketukan, birama, suara musik ataupun sound effect yang terpadu dalam setiap objek. Color Correction diterapkan untuk memperbaiki dalam masalah pewarnaan dalam gambar agar menciptakan keselaran warna dari setiap gambar. Dengan penerapan dari ketiga teknik tersebut, editor dapat menciptakan sebuah karya yang berkesinambungan baik kesinambungan gambar dengan suara, maupun kesinambungan warna dengan gambar, sehingga menjadi tayangan yang informatif dan menarik serta dapat diterima baik oleh penonton. //ir

Oleh Dartiana Sunarti

Penerapan Developing Shot pada Program Feature Televisi "Youth-Special School Headmaster"

Inovasi dalam dunia pertelevisian yang semakin berkembang, menghasilkan program yang beragam juga. Salah satunya program feature. Feature profile mengangkat sebuah kehidupan seseorang dengan lika liku kehidupannya yang menginspirasi orang lain. Untuk dapat menyalurkan perasaan serta membangun sebuah kesan psikologis, maka penerapan teknik developing shot dengan motivasi yang jelas akan lebih memperdalam pesan yang informatif. Berdasarkan karya terdahulu yang diamati, seringkali menjumpai pergerakan kamera dengan timing yang kurang tepat (terlalu cepat atau terlalu lambat), hasil gambar yang shaking dan juga tidak fokus, bahkan pergerakan kamera yang kurang jelas motivasinya membuat informasi yang disampaikan kurang dapat dipahami. Maka dari itu, penulis mengimplementasikan beberapa teknik developing shot seperti crabbing yang bertujuan menciptakan variasi gerakan untuk menghidupkan suasana, arching untuk membangun kesan kegigihan, tracking untuk membuat efek dramatik, following lebih digunakan untuk improvisasi sebuah gambar, sedangkan pedestal sebagai variasi gambar bertransisi. Sehingga dapat menghasilkan gambar yang dinamis dan mencapai tujuan utama dari penerapan developing shot untuk menyalurkan kesan psikologis yang dapat menyentuh perasaan orang lain. //ir

Oleh Dewi Melisa Ashari

Penerapan Variasi Shot dalam Mendukung Program Dokumenter "Earthly Frame : Modern vs Konvensional"

Dalam produksi karya dokumenter ada berbagai variasi shot yang digunakan sebagai acuan, dan masing masing variasi tersebut memiliki fungsi yang beragam untuk mendapatkan visualisasi yang menarik minat penonton dalam menikmati karya. Produksi karya dokumenter “Earthly Frame: Modern vs Konvensional” mengangkat topik lingkungan yang fokusnya pada pertanian dikemas dalam karya dokumenter dengan menerapkan pengambilan gambar variasi shot. Dengan menerapkan variasi shot bertujuan untuk menambahkan nilai artistik dan juga nilai informasi pada karya dokumenter. Sebagai penata kamera penulis menerapan variasi shot yakni type of shot, Type of shot terdiri dari simple shot, complex shot, dan developing shot. Teknik Simple shot didukung dengan alat penunjang tripod agar gambar menjadi statis. Teknik complex shot dan developing shot didukung dengan alat penunjang stabilizer kamera digunakan untuk membuat gambar yang memiliki pergerakan menjadi halus, dan menggunakan jenis kamera tambahan yaitu kamera drone untuk menerapkan angle bird eye. Sehingga dapat disimpulkan penerapan variasi shot dengan berbagai jenis size shot (Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up, Big Close Up, Extreme Close Up), camera movement (Tracking, Crabbing, Arching), dan angle (High, Low, Eye level, Frog, Bird eye) akan membuat gambar menjadi lebih memiliki nilai artistik sehingga menarik ditonton, dan tidak monoton. Penerapan variasi shot juga membuat gambar menjadi informatif sehingga penonton mudah untuk menangkap informasi yang ada pada karya dokumenter “Earthly Frame: Modern vs Konvensional”. //ir

Oleh Iman Firmansyah Maruapey

Kontinuitas Editing dalam Program Dokumenter Televisi "Jalan untuk Sang Pemula"

“Jalan Untuk Sang Pemula” merupakan program dokumenter televisi yang membahas tentang sebuah kolektif Hip-Hop di Yogyakarta bernama “Jum’at Gombrong” yang memberikan kesempatan bagi para pemula musik Hip-Hop untuk menunjukkan karya mereka. Agar program dokumenter memiliki kontinuitas maka diperlukan proses editing. Dalam penciptaan karya produksi ini penulis menerapkan beberapa teknik editing yaitu Cutting by Narration, Cutting by Rhythm, dan Color Correction. Untuk mencapai kontinuitas gambar dalam produksi dokumenter “Jalan Untuk Sang Pemula” dibutuhkan teknik cutting by narration dengan perpindahan gambar mengacu kepada narasi maupun statement untuk mendapatkan perpindahan gambar yang teratur dan selaras agar kontinuitasnya terjaga. Teknik cutting by rhythm dengan perpindahan gambar mengacu kepada irama beat music yang digunakan untuk menciptakan dramatisasi visual, serta teknik color correction menggunakan lumetri color yang mencakup berbagai macam parameter seperti exposure, contrast, highlight, shadows, whites, blacks, temperature, tint, saturation untuk menghasilkan kesinambungan warna antara clip satu dengan clip yang lainnya agar tidak terjadi jumping exposure dan warna. Dengan menggunakan ketiga teknik tersebut akan didapatkan hasil alur cerita yang terjaga kontinuitas dan kesinambungan untuk sebuah program dokumenter baik dari segi video maupun audio. //ir

Oleh Yanuar Zidhiq Pangestu

Berita Terbaru