Buku

Teknik Pengambilan Gambar Sebagai Penambah Unsur Dramatik dalam Penyutradaraan Drama Televisi "Rekasa"

Produksi karya program drama televisi “Rekasa” bertujuan untuk menghasilkan karya dengan menggunakan teknik pengambilan gambar sebagai penambah unsur dramatik. Shot yang diambil berdasar pada 4 tahap unsur dramatic yaitu: konflik, suspense, curiousity, dan surprise. Kemudian gambar disusun secara selaras dengan tujuan untuk membawa penonton kedalam suasana yang diciptakan sehingga mereka dapat terlibat di dalamnya. Teknik pengambilan bermaksud untuk menyatukan penggunaan dialog sebagai alat komunikasi kepada penonton tetapi di sisi lain juga mementingkan estetika dari penggunaan visual sebagai alat komunikasi nonverbal. Hal ini yang jarang kita temui pada drama televisi Indonesia yang biasanya dikemas dalam bentuk seperti sinetron atau FTV. Maka pada pembuatan karya drama televisi “Rekasa”, aspek yang penulis perhatikan dalam pengambilan sebuah gambar adalah pola dari gabungan shot size, camera angle, serta camera movement untuk menunjang 4 unsur dramatik tersebut. //ir

Oleh Deila Shofi Bhayangkara

Penerapan Komposisi dalam Documenter Televisi Journey Episode "Agro: Wisata yang Terlupa"

Komposisi merujuk pada seni pembingkaian gambar. Komposisi melahirkan pengaturan tentang apa yang dilihat penonton serta bagaimana gambar tersebut disajikan.Documenter merupakan satu format yang mengambil satu pokok atau topik bahasan namun diambil dari banyak sudut pandang. Documenter sesuai realita dan lebih dekat dengan penonton.Documenter Agro Wisata Perkebunan menawarkan area perkebunan tersebut, pemandangan dan udara segar, cara konvensional dalam pola tanam, teknik pengolahan ataupun proses pengemasan hasil produk pengolahan Journey dapat diartikan sebagai perjalanan ataupun penjelajahan ke suatu daerah untuk mengangkat cerita yang unik dari wilayah tersebut. //ir

Oleh Pebrian Pratama Putra Tarigan

Variasi Visual dalam Penyutradaraan Program Dokumenter Televisi "Bali di Tanah Jogja"

Sejarah Pantai Ngobaran diketahui memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Majapahit pada masa pimpinan Raja Prabu Brawijaya V. Pantai ini dijadikan lokasi pertama untuk mengadakan acara sembahyangan umat Hindu di Jogja dan juga sebagai lokasi yang sering dituju oleh umat Hindu di Indonesia untuk mengadakan Tirtayasa. Hal itulah yang mejadi awal mula dibangunnya Pura Segara Wukir yang saat ini masih aktif digunakan untuk sembahyang umat Hindu, dan akan menarik untuk dikemas dalam format dokumenter potret yang berjudul “Bali Di Tanah Jogja”. Tujuannya adalah memberikan informasi, dan edukasi kepada masyarakat Produksi karya okumenter potret ini dengan memperhatikan sisi variasi visual dengan bertujuan agar penonton tidak bosan dengan dokumenter yang ditampilkan, yang diperhatikan dalam variasi visual adalah Element of the shot. Element of the shot terbagi menjadi enam unsur yaitu, informasi, motivasi, komposisi, angle kamera, kontinuitas, dan sound. Proses penciptaan karya ini dilakukan dari tahap pra produksi yaitu pencarian ide, riset, dan observasi lapangan, produksi yang memuat wawancara narasumber, serta pengambilan gambar yang menjadi bahan produksi hingga pasca produksi yaitu tahap editing, mixing, dan preview. //ir

Oleh Sekar Arum Ekanawati Wohingati

Penggunaan Elemen Storytelling dalam Narasi Dokumenter Televisi "Bali di Tanah Jogja"

Sebuah tim produksi dokumenter pastinya ingin menghasilkan karya yang baik, menarik serta memberikan informasi yang berguna bagi penonton. Dokumenter dikatakan baik apabila naskah tersebut mecakup tiga elemen, yaitu audio, visual, dan cerita. Sebagai penulis naskah dokumenter yang berperan sebagai orang yang merancang naskah dari sebuah ide kreatif yang terkonsep ke dalam tulisan yang mana memiliki fungsi sebagai konsep dasar, arah, serta acuan dalam produksi. Ketiga elemen tersebut menjadi acuan dalam pembuatan naskah, meskipun begitu elemen ceritalah yang menjadi titik fokus dalam pembuatan narasi dikarenakan elemen storytelling merupakan sebuah unsur atau bagian-bagian dasar yang mendasari keberhasilan dari penyampaian informasi secara bercerita untuk disampaikan kepada penonton supaya timbul ketertarikan untuk menonton tayangan tersebut. Adanya elemen bercerita atau elemen storytelling menghasilkan naskah yang lebih terstruktur, dengan begitu memudahkan pada saat proses produksi. Selain itu menghasilkan karya yang menarik dan informatif. //ir

Oleh Nimas Lutfiana Hamidah

Pengembangan Ide Kreatif dengan Metode Scamper dalam Produksi Program Feature Radio "Kaleidoskop" Edisi "Gaya Hidup Minimalis"

Program feature radio merupakan program yang memberikan informasi tentang sebuah tren atau topik yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat secara mendalam dari berbagai sudut pandang yang dikemas menjadi beberapa subformat. Skripsi penciptaan karya produksi program feature radio Kaleidoskop bertujuan menghasilkan program feature radio yang menerapkan metode SCAMPER dalam mengembangkan ide, cara produksi dan bentuk penyajian acara sehingga menghasilkan program yang lebih menarik. Produser bertanggungjawab penuh dalam kualitas pengemasan sebuah program. Metode SCAMPER digunakan sebagai strategi dalam merangsang ide sehingga dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis kreatif dan mengembangkan kreativitas agar menciptakan ide baru sehingga memiliki ciri khas tersendiri. Metode SCAMPER dapat dilakukan dengan pengumpulan data melalui observasi, yakni mengamati, membaca buku maupun dari pengalaman hidup seseorang. Setelah menerapkan metode SCAMPER yang terdiri dari Substitute (mengganti), Combine (menggabungkan), Adapt (menyesuaikan), Modify (memperkecil/memperbesar), Put to Other Uses (menggunakan untuk kebutuhan lain), Eleminate (menghilangkan), dan Reverse (membalik)., teknik bercerita atau storytelling pada pengemasan program feature menjadi salah satu ide yang menarik. Teknik storytelling sparklines merupakan salah satu teknik populer yang memfokuskan kepada perubahan dengan tujuan memotivasi pendengar. Melalui penerapan metode SCAMPER, program Kaleidoskop menggunakan teknik storytelling dan didukung dengan narasi yang diadopsi dari program tayangan “15 Minutes” MetroTV hadir dengan konsep yang lebih menarik. //ir

Oleh Dhea Nindita Rizky Ramadhani

Berita Terbaru