Buku

Strategi Produser dalam Pemasaran Program Magazine Show "Let's Get Trip" Episode "Relax and Recharge In Jogja"

Program magazine show “Let’s Get Trip” merupakan program yang membahas informasi mengenai perjalanan wisata bernuansa entertaining dengan penjelasan rinci. Penulis sebagai produser berkonsentrasi pada strategi pemasaran program yang ditujukan untuk penonton. Tujuan pembuatan karya ini yaitu merebut perhatian khalayak supaya tertarik menonton program ini. Metode yang digunakan penulis untuk mendukung pemasaran program ini yaitu observasi literatur dan strategi pemasaran program yang telah dilakukan oleh beberapa stasiun televisi sebelumnya. Metode promosi on air dan off air diaplikasikan penulis dengan sedikit modifikasi supaya dapat diterima target pasar yaitu anak muda. Promosi on air diterapkan penulis dalam bentuk teaser program yang dipublikasikan melalui platform YouTube. Sedangkan, promosi off air diterapkan penulis dengan bentuk promosi melalui sosial media. Penulis memilih platform Instagram, Twitter dan TikTok untuk media promosi karena sasaran penontonnya adalah anak muda yang memiliki akun sosial media tersebut secara pribadi. //ir

Oleh Jati Hidayati

Strategi Kreatif Penyutradaraan Feature Radio "B.B.M. (Belajar Bareng Main)" Episode "Foto Aura"

Netizen khususnya di sosial media Tiktok beberapa waktu lalu sedang ramai membicarakan tentang sebuah teknologi Foto Aura, dimana menggunakan teknologi ini seseorang dapat melihat warna auranya dalam bentuk foto. Teknologi foto aura ini sendiri berada di Jakarta, Indonesia. Tidak hanya mengenai Foto Aura nya, tetapi juga informasi mengenai Aura itu sendiri melalui wawancara dengan narasumber. Tujuan penulisan karya feature radio ini agar sutradara dapat memberikan informasi kepada pendengar menengai Foto Aura dengan ide-ide strategi kreatif yang baru. Pengemasan karya radio ini mengoptimalkan karakteristik radio yaitu Theatre of Mind yang mampu membuat pendengar merasa seolah-olah berada di lokasi kejadian, dengan berbagai macam susunan backsound, sound effect dan atmosphere yang mendukung imajinasi pendengar. //ir

Oleh Intan Ramadhani Putri

Penerapan Kekuatan Narasi Ekspositoris dalam Pembuatan Naskah Program Feature Radio "Tahu Walik" Episode Cuddle Care"

Karya produksi yang berbentuk Feature radio ini membahas tentang cuddle care yaitu penyedia jasa pelukan yang memberikan efek nyaman dan private bagi penggunanya. Penulis mengambil pendekatan pada narasi ekspositoris agar membangun imajinasi dan pembahasan informatif dengan Bahasa informal agar mudah dipahami oleh pendengar. Tujuan skripsi penciptaan penulis melakukan observasi dan wawancara dengan narasumber untuk mendapatkan informasi umum dari penyedia dan pengguna jasa cuddle care. Proses penulisan naskah karya produksi melalui empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap prapenulisan, tahap pelaksanaan penulisan, dan tahap evaluasi dan penulisan Kembali, Analisis naskah di dasari oleh teori Antonius Darmanto. Karya produksi ini termasuk jenis kategori feature human interest yaitu berisikan kisah yang mampu menyentuh emosi pendengar, bertujuan agar pesan dalam program Tahu Walik ini memberi Informasi yang valid dan aktual. Produksi Karya Tahu Walik episode Cuddle Care ini menghasilkan program yang menyajikan informasi seputar hal tabu yang dikemas secara ringkas dan menghibur agar pendengar tertarik dengan tema disetiap episode yang akan disiarkan. Naskah Ekspositoris memiliki pengertian narasi yang menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan data yang sebenarnya, dan kalimat berupa Denotatif dan juga Konotatif. //ir

Oleh Farah Aulia Prameswari

Metode Brainstorming dalam Pengembangan Program Feature Radio Tahu Walik Episode Cuddle Care

Produksi karya program feature radio ini membahas mengenai fenomena penyimpangan sosial di antara generasi Z. Tema yang berisi pandangan para ahli dan seorang yang menjalani profesi cuddle care (open CC). Penulis berperan sebagai produser memproduksi program feature radio Tahu Walik episode Cuddle Care. Skripsi penciptaan karya produksi ini bertujuan menciptakan suatu program radio dengan format feature menggunakan metode brainstorming untuk menghasilkan program yang lebih bermanfaat sehingga pendengar dapat teredukasi. Penulis menggunakan metode brainstorming dalam mengembangkan ide penciptaan karya produksi program feature radio Tahu Walik episode Cuddle Care. Metode brainstorming ini adalah metode yang dipopulerkan oleh Alex F Osborn untuk memecahkan masalah dalam tim dan sebuah metode yang tepat untuk berdiskusi menentukan serta mengembangkan sebuah ide. Tahapan dalam metode brainstorming dibagi ; pertama adalah tahapan memancing kreativitas (stimulating creativity), tahapan kedua yakni pemunculan ide – ide baru yang terjadi ketika masalah sudah “tidur” atau dalam jangka waktu beberapa hari setelah sesi brainstorming selesai, dan tahapan ketiga, adalah tahapan evaluasi dan seleksi ide. Jenis produksi karya ini merupakan karya yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka. Proses produksi dilakukan dengan tahapan pra produksi, pelaksanaan produksi, pasca produksi, dan evaluasi. Pelaksanaan produksi melibatkan tenaga teknisi dengan teknis produksi rekaman basah dan rekaman kering yang berlokasi di dalam dan luar studio. Hasil karya dari produksi program feature ini berbentuk sebuah audio visual yang informatif dengan cara menghibur. Pemilihan sound effect, backsound, dan pengisi suara melalui proses brainstorming antar tim dapat memberikan bayangan atau meningkatkan theater of mind pendengar. hasil terkait dengan penerapan metode. //ir

Oleh Tita Wanda Paramitha

Narasi Ekspositoris dengan Gaya Bahasa Tak Resmi dalam Naskah Feature Radio "B.B.M. (Belajar Bareng Main?" Episode "Foto Aura"

Penciptaan karya produksi feature radio dengan judul “B.B.M. (Belajar Bareng Main)” Episode “Foto Aura” bertujuan untuk memberi informasi, hiburan, sekaligus edukasi kepada pendengar/audience tentang jasa foto aura dengan menerapkan narasi ekspositoris dengan gaya bahasa tak resmi. Penulisan narasi digunakan untuk memberikan gambaran informasi sejelas-jelasnya suatu peristiwa kepada pendengar dan selain itu penggunaan gaya bahasa tak resmi agar pendengar lebih mudah menyerap informasi yang disajikan. Penyusunan naskah “B.B.M.” ini, dimulai dari penentuan tema, riset, penyusunan sinopsis, treatment, dan kemudian naskah yang disusun dalam bentuk dialog atau bisa disebut fullscript. Pada penyusunan karya produksi naskah feature radio ini, menggunakan metode pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara kepada narasumber yang bersangkutan dengan topik yang pastinya kompeten dibidangnya. Penggunaan narasi ekspositaris dengan gaya bahasa tak resmi menghasilkan sebuah karya produksi naskah feature radio yang mampu memberi informasi, menghibur, sekaligus memeberi edukasi tentang jasa foto aura hingga warna aura itu sendiri kepada pendengar atau audience. //ir

Oleh Mafa Zulaikhah

Berita Terbaru