Buku

Pengembangan Ide Produser Pada Program Dokumenter Televisi “Lestari Budaya” Edisi “Pinangan Orang Minang”

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ragam suku. Dari ragam suku yang ada di Indonesia, membuat Indonesia kaya akan keberagaman budaya. Ragam budaya yang ada di Indonesia, menjadikan budaya sebagai indentitas dan ciri khas negara. Keberagaman ini menjadi semboyan pada lambang negara Republik Indonesia, yaitu Kebhinnekaan Tunggal Ika. Budaya di Indonesia meliputi budaya pernikahan, tarian, warisan kuliner, rumah adat, upacara adat, senjata tradisional, pakaian adat tradisional, alat musik, lagu tradisional, dan ragam ritual keagamaan serta kemanusiaan yang diwarisi nenek moyang masing-masing suku di Indonesia. Namun ada salah satu daerah yang memiliki budaya cukup berbeda pada adat pernikahan yaitu adat tradisi pernikahan suku Minangkabau di daerah Sumatera Barat. Banyak dari masyarakat Indonesia yang mengetahui adat tradisi ini, sebagai adat tradisi “Lelaki Dibeli”. Sebenarnya adat tradisi “Lelaki Dibeli” ini tidaklah seperti adanya pada perspektif banyak masyarakat yang menganggap lelaki di suku Minangkabau harus dibeli sebelum melakukan pernikahan.

Oleh Muhammad Senggri Tripatra Orza

Pendekatan Sejarah Dalam Produksi Feature Televisi “Pesiar” Edisi “Wisata Ambarawa Dalam Legenda Dan Sejarah Indonesia”

Indonesia memiliki banyak destinasi wisata, mulai dari wisata alam, edukasi, budaya, hingga sejarah. Wisata sejarah di Indonesia biasanya berkaitan dengan peristiwa masa lalu. Indonesia sendiri mengalami perjalanan panjang hingga menjadi NKRI seperti sekarang ini, mulai dari periode kerajaan hingga kolonialisasi oleh bangsa Belanda. Berdasarkan sejarah tersebut, terdapat beberapa peninggalan yang masih ada hingga sekarang, salah satunya di Kecamatan Ambarawa, Jawa Tengah. Beberapa peninggalan tersebut adalah Benteng Willem I, Museum Kereta Api Ambarawa, dan Monumen Palagan Ambarawa. Selain itu terdapat obyek wisata alam, yaitu Rawa Pening. Legenda yang menyelimutinya sudah masuk ke dalam buku cerita rakyat Indonesia. Melihat potensi tersebut, penulis mengemas data tersebut ke dalam karya produksi yang menggunakan Pendekatan Sejarah sebagai metode penulisan karya ilmiah ini. Proses pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan kepustakaan. Penulis menerapkan SOP selama proses produksi. Data yang telah diperoleh diolah melalui proses pengembangan ide sehingga siap untuk ditayangkan kepada penonton. Dalam penyajian, penulis memilih feature sebagai format penyajian. Harapannya, karya yang penulis hasilkan dapat menjadi tayangan yang informatif  dan edukatif melalui data yang disampaikan mengenai obyek wisata di Ambarawa beserta latar belakangnya, dan menghibur  melalui pengambilan dan pemilihan gambar yang apik serta penggunaan ilustrasi di dalamnya.

Oleh Graciella Unadea Vietnabarga

Gaya Penulisan Naratif Pada Program Acara Dokumenter “Sepotong Cerita” Edisi “Basoeki Abdullah: Napak Tilas Pelukis Maestro Indonesia Hindia Belanda”

Kegigihan dan perjuangan Basoeki dalam menunjukkan eksistensinya di dunia seni lukis, menginspirasi penulis untuk menceritakan ke dalam karya dokumenter. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengumpulkan data dalam bentik deskriptif, narasi dengan dengan acuan jurnalistik akurasi, dan informasi dengan melakukan riset dari narasumber. dari penelitian dan pengumpulan data yang sudah dilakukan, program dokumenter ini menceritakan pribadi Basoeki Abdullah dari sudut pandang ketiga (sebagai Narasumber). Paras Basoeki terkesan sombong dan angkuh, Basoeki adalah pribadi yang gemar bercanda. Walaupun Basoeki selalu ambisi untuk meraih apa yang ia cita-citakan, beliau tetap memiliki jiwa yang bebas dan tenang. Program Dokumenter Televisi “Sepotong Cerita”  merupakan program dokumenter yang informatif, edukatif dan memotivasi. pada edisi “Basoeki Abdullah: Napak Tilas Pelukis Maestro Indonesia Hindia Belanda”, program dokumenter ini menyajikan informasi mengenai sosok pelukis asal Indonesia, basoeki Abdullah. Penulis akan mengajak penonton untuk lebih mengenal Basoeki Abdullah, dan melihat kepribadiannya dari kacamata narasumber. Dengan gaya penulisan naratif dan alur maju serta penggunaan kata-kata yang sederhana, diharapkan dapat meminimalisir kejenuhan penonton saat menonton tayangan dokumenter televisi ini. Berpedoman dengan alur maju yang membagi cerita menjadi beberapa plot, maka tayangan ini terbagi menjadi 3 sequence.

Oleh Laras Ayuningtyas

Kreativitas Produser Dalam Produksi Dokumenter Televisi Jas Merah Edisi “Raja Sangnaualuh Damanik”

Sebelum menjadi kota madya seperti saat ini, Pematangsiantar yang dahulu adalah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Sangnaulauh Damanik. Saat memimpin kerajaan Siantar, banyak perkembangan dan kemajuan yang dibuat oleh beliau hingga pada akhirnya dibuang secara politik (interneeting) ke Pulau Bengkalis, Riau karena tidak mau tunduk kepada pemerintahan Belanda. Kisah dan perjuangan Raja Sangnaualuh Damanik perlu diperkenalkan dan dikenang oleh banyak orang terutama warga Pematangsiantar. Dari kisah perjauangannya, penulis ingin memperkenalkan sosok Raja Sangnaulauh Damanik ke khalayak yang lebih luas lagi melalui tayangan dokumenter televisi “Jas Merah”edisi  ‘Raja Sangnaualuh Damanik” dengan memanfaatkan kreativitas sebagai produser dengan memadukan gaya cerita ekspository dan observational. Kedua gaya ini dipadukan untuk menghasilkan sebuah karya  dokumenter yang beralurkan sejarah yang tidak membosankan namun memiliki kesan. Perancangan karya ini dimulai dari tahapan pra produksi berupa riset dan observasi mulai dari karya literatur hingga menemui narasumber, dan berlanjut ketahapan selanjutnya yakni produksi dan pasca produksi. Rancangan produksi karya dokumenter televisi Jas Merah edisi Raja Sangnaulauh Damanik sudah berjalan sesuai rencana meski sampai konseptual dikarenakan terhalangi keadaan pandemi Covid-19.

Oleh Aldillah Rizky Adisti

Pengembangan Ide Produser Dalam Program Dokumenter Televisi “Warisan Budaya” Edisi “Problematika Sang Maestro Canting”

Canting merupakan alat untuk melukis atau membuat sebuah pola diatas kain menggunakan cairan lilin, sehingga terbentuklah sebuah motif batik. Seiring dengan perkembangan zaman alat untuk membuat pola batik pun juga ikut berkembang, seperti adanya canting cap atau printing. Berbagai kendala pun muncul hingga membuat para pengrajin canting tulis merasa kuwalahan. Seperti ketatnya persaingan harga pasar, kurangnya perhatian dan apresiasi terhadap para pengrajin canting, hingga sedikitnya minat para pemuda untuk mempertahankan kelestarian dari industri canting tulis sendiri. Sebagai seorang produser penulis melakukan obersevasi secara langsung, melakukan pengumpulan data melalui riset online maupun wawancara langsung, lalu penulis mengembangan ide dan konsep agar karya dokumenter menjadi menarik dan pesan atau informasi didalamnya dapat tersampaikan kepada khalayak. Pengembangan ide dapat dilihat di dalam setiap sequence yang disajikan, dengan menampilkan visual-visual yang menarik dikombinasi dengan audio dan desain grafis yang mendukung serta diperkuat dengan adanya statement dari beberapa narasumber.


Oleh Fadzillah

Berita Terbaru