Buku

Segmentasi Psikografis dalam Program Dokumenter Televisi "Sekitar Kita" Episode "Jeding Kuning"

Skripsi penciptaan ini bertujuan untuk menghasilkan program dokumenter untuk diinformasikan kepada audiens melalui pendekatan segmentasi psikografis. Oleh sebab itu penciptaan karya dokumenter televisi ini dimaksudkan untuk menguji peran segmentasi audiens yang dilakukan untuk membuat sebuah program bisa memiliki penonton yang tepat sasaran. Analisis yang dilakukan berdasarkan pendekatan segmentasi psikografis yaitu mengetahui kesukaan, opini, dan gaya hidup audiens yang dilakukan melalui berbagai tahapan mulai dari kajian pustaka, riset, wawancara, observasi, dan menyebarkan kuesioner yang sudah dilakukan. Program ini berjudul Sekitar Kita, episode “Jeding Kuning” membahas pekerjaan Sedot Limbah dan mengulik informasi yang harus penonton ketahui tentang profesi informal yang satu ini. Pada program dokumenter televisi ini, produser menyasar SES B-C dengan rentang umur penonton 15-50 tahun (SU). Program dokumenter Sekitar Kita yang dihasilkan telah menyelesaikan semua tahap produksi mulai dari Pra sampai Pasca produksi. Hasil analisis penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penonton merasa program ini sesuai dengan ekspektasi mereka terhadap sebuah program dokumenter televisi masa kini, dengan menjawab semua pertanyaan dan menyajikan informasi yang ingin diketahui. //ir

Oleh Ayurizka Purwadhania

Penyutradaraan Program Feature Radio "Ragam Duniawi" Episode "Rannisakustik"

Kekerasan terhadap perempuan merupakan kasus yang terjadi di masyarakat dan masih banyak dibicarakan sampai sekarang. Perempuan seringkali menjadi korban diskriminasi, pelecehan, dan menjadi objek kekerasan. Banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan membuat banyak pihak yang peduli dan berusaha keras untuk mengurangi kasus yang terjadi, termasuk Rannisakustik. Rannisakustik adalah komunitas yang terbentuk dari sekelompok relawan seni, berkarya di bidang musik yang peduli pada isu kesetaraan gender dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Upaya yang dilakukan dengan cara menyampaikan pembelaannya melalui musik yang berisi kekerasan terhadap perempuan melalui lirik-lirik dalam lagu. Melihat komunitas Rannisakustik, penulis tertarik mengangkat topik yang dibahas dalam format program feature radio. Melalui Proses pengumpulan informasi dan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Pengarah acara menggunakan metode musik ilustrasi dan sound effect untuk memperkuat audio dalam imajinasi pendengar pada feature radio. Karya program dengan judul “Penyutradaraan Program feature Radio: Raga Duniawi Episode Ranniakustik” telah selesai diproduksi dan diharapkan mampu mempengaruhi perilaku kekerasan terhadap perempuan. Selain itu diharapkan karya ini mampu memberikan informasi yang berisi hiburan dan edukasi bagi audience. //ir

Oleh Esther Pradita Nugraheny

Ide Kreatif Produser dalam Program Dokumenter Televisi "Pesona Budaya" Episode "Nyi Puspita"

Program dokumenter televisi berjudul “Pesona Budaya” mengangkat tema budaya yang berasal dari Indonesia. Program ini dibuat untuk memperkenalkan kembali budaya Indonesia yang mulai dilupakan oleh generasi bangsa, sehingga dapat menarik generasi bangsa untuk melestarikan dan mengedukasi perihal kebudayaan Indonesia yang belum diketahui. Pesona Budaya akan menjadi sarana edukasi dan informasi untuk penonton dengan segmentasi usia 18-28 tahun. Sebagai Produser, penulis menciptakan ide kreatif pada program Pesona Budaya dengan menerapkan sistem SKAMPER. Penulis fokus menggunakan sub bidang subtitusi dan adaptasi. Program Pesona Budaya memiliki ciri khas dalam penyampaiannya yang mengadaptasi dokumenter potret dengan menggunakan tema Budaya Indonesia. Dalam episode ini, Pesona Budaya akan mengangkat seorang penggerak budaya di bidang wayang yaitu dalang wanita Purworejo bernama Nyi Puspita. Episode “Nyi Puspita” akan mengangkat kehidupan Nyi Puspita dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penggerak budaya, dan kehidupan dalangnya. Nyi Puspita memiliki berbagai program untuk melakukan edukasi wayang kepada masyarakat, salah satunya tepang wayang. Dengan harapan Nyi Puspita dapat mengajarkan kembali budaya wayang kepada masyarakat dan mengajak generasi Indonesia untuk terus melestarikannya. //ir

Oleh Hidayat Nur Huda

Strategi Pengambilan Gambar dengan Pola 3-1-1 pada Penyutradaraan Program Dokumenter Televisi "Pesona Budaya" Episode "Nyi Puspita"

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya di setiap daerahnya, salah satunya yaitu wayang. Pada zaman dulu wayang terkenal baik sebagai sarana hiburan maupun edukasi. Wayang memiliki banyak versi dalam pengemasan cerita yang dibawakan. Tentu hal tersebut semakin menambah keunikan dari Wayang ini. Maka, perlu adaya upaya pelestarian yang dilakukan agar budaya asli Indonesia tetap terjaga. Dalam pelaksanaan upaya tersebut, terdapat rintangan yang tidak mudah, yaitu berkaitan dengan modernisasi yang menyasar ke segala sisi melalui media massa. Selaku generasi masa kini, penulis sebagai sutradara ingin menularkan semangat mengenali budaya Indonesia melalui pola visual kreatif. Program Dokumenter “Pesona Budaya” episode “Nyi Puspita” ini merupakan langkah nyata dalam upaya pelestarian budaya oleh kami,generasi muda di era millennial. Selain bentuk pelestarian, program ini juga ditujukan pada penonton utamanya pada generasi masa kini untuk mengenal budaya Indonesia, khususnya dari Purworejo. Program ini mengangkat seorang tokoh inspiratif bernama Dwi Puspita Ningrum atau biasa disebut sebagai Nyi Puspita. Beliau merupakan Dalang Putri Purworejo. Usahanya dalam mempertahankan eksistensi Wayang sangat kuat sehingga patut untuk dikemas sebagai tontonan utamanya bagi generasi masa kini. Dokumenter ini dikemas dengan menerapkan tugas penyutradaraan menggunakan strategi visual 3-1-1 yakni kombinasi susunan gambar dengan Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up, Big Close Up dengan pengambilan gambar variatif dan kreatif untuk dinikmati Audiens. //ir

Oleh Nova Kamalia

Teknik Penyutradaraan Program Magazine Show "Let's Get Trip" Episode "Relax and Recharge In Jogja"

Penciptaan program magazine show “Let’s Get Trip” episode “Relax and Recharge in Jogja” dilatarbelakangi oleh salah satu kebutuhan manusia yaitu hiburan dan rekreasi. Program “Let’s Get Trip” merupakan program magazine show dengan sub-format tutorial, interview, dokumenter buku harian dan feature berdurasi total 30 menit dengan sasaran penonton rentang usia 20-35. Penulis sebagai sutradara menciptakan sebuah program magazine show dengan teknik penyutradaraan magazine show melalui Variation on Objects yang merupakan teori menurut Naratama yaitu dengan cara memperbanyak stock shot ketika produksi. Penulis melakukan pendekatan melalui type shot dan camera angle. Type shot yang digunakan yaitu long shot opening program, medium shot Ganesh memberikan tutorial, full shot Ganesh dan Chika membatik, medium long shot pemandu memberi arahan, extreme long shot Ganesh dan Chika tubing, close up Ganesh di Sate Ratu, medium close up Monggo Chocolate. Camera angle yang diterapkan yaitu bird eye suasana Dewi Elok, eye level VisitingJogja, dan high angle Ganesh dan Chika tubing. Teknik variation on objects ini diterapkan pada setiap sequence sehingga penonton tidak merasa bosan dengan visual yang ditampilkan. //ir

Oleh Adinda Permata Edhiningtyas

Berita Terbaru