Penciptaan karya produksi drama radio dengan
judul “Adhang - Adhang Tetes Embun“ mengangkat tema konflik keluarga akibat
dampak pandemi covid-19. Target pendengar dari drama ini adalah remaja dan
orang tua yang relate dalam menghadapi dampak pandemi. Drama radio ini
diharapkan dapat membuat pendengar tidak merasa sendiri dalam menghadapi
pandemi dan sebagai bahan refleksi dalam mengambil tindakan. Penyusunan naskah
“Adhang - Adhang Tetes Embun“, dimulai dari penentuan tema, penyusunan
sinopsis, treatment dan kemudian naskah scenario yang disusun dalam bentuk
dialog atau bisa disebut fullscript. Penciptaan sandiwara radio menerapkan
konsep tangga dramatik menurut Wiliiam Henry Hudson. Tangga dramatik menurut,
Wiliiam Henry Hudson dibagi menjadi 6, yaitu : Eksposisi, Insiden Permulaan,
Pertumbuhan Laku, Krisis/ Titik Balik, Penyelesaian/ Penurunan Laku, dan
Catastroph. Dengan memahami teori tersebut penulisan dalam drama bisa dikemas
secara maksimal dan siap diproduksi. Penciptaannya konflik pada drama dibuat
semakin menanjak dan membuat permasalahan menjadi lebih kompleks. Bahasa non
formal dipilih penulis agar pesan yang ingin disampaikan dapat dengan mudah
dipahami oleh pendengar dan pendengar bebas dalam membangun imajinasi (theatare
of mind). //ir
Oleh Helena Shafira