Centhini Tambangraras Amongraga Jilid 7
Serat Centhini yang
ditulis dalam kurun waktu 1814-1823 dan oleh penyadurnya disebut sebagai
“Ensiklopedi Budaya Jawa” merupakan buku yang sangat berharga mengingat buku
ini membicarakan banyak perkara. Ia begitu kaya dengan perincian situasi dan
peristiwa. Ceritanya selalu mengandung maksna yang bisa diamalkan dalam
kehidupan riil. Pada jilid ini menceritakan, Seh Amongraga di pendapa berdiskusi
dan mewejang berbagai ilmu dengan keluarga mertua, Ki Bayi Panurta. Seh
Amongraga dibuatkan sebuah rumah di sebelah timur rumah mertuanya, yaitu
Kampung Pananggungan. Pengantin baru boyongan pindah ke rumah baru. Seh Amongraga
sangan sayang kepada Niken Tambangraras, isterinya. Ia diajari ilmu lahir dan
batin, syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Setelah hari keempat puluh,
wejangan telah selesai, barulah sang isteri digauli. Niken Tambangraras sangat
bahagia. Namun kebahagiaan itu hanya sementara karena Amongraga bersama
pengikutnya, Jamal dan Jamil, kemudian meninggalkan isterinya. Ia pergi mencari
adik kandungnya, yaitu Jayengsari dan Rancangkapti. Ia meninggalkan sewaktu
isterinya sedang tidur nyenyak pada sekitar pukul 03.00. Hanya surat-surat yang
ditinggalkan. Niken Tambangraras sangat sedih, demikian pula ayahnya
sekeluarga, Ki Bayu Panurta. Seh Amongraga berjalan menjelajahi pegunungan,
gunung-gunung, dan pantai di Jawa Timur. Banyak gunung dan gua yang disinggahi.
Di sini ia dan kedua pengikutnya bersujud dan bersemadi. //ir
Tidak tersedia versi lain