Detail Buku

Story of the Future

ISBN
978-623-95617-0-3
Pengarang
Berliana Nugraheni
Subyek
KARYA SASTRA FIKSI-NOVEL
Penerbit
Calibri Media, Yogyakarta, 2020
Klasifikasi
813
Kolasi
x+252 hlm.; 14x21 cm.; Cetakan Pertama
Jenis
Umum
Status
Tersedia

Cerita pertama memperlihatkan sosok manusia yang tahu bahwa dirinya tidak bisa menggapai masa depan. Ia hanya bisa mengimpikannya, membuat kenyataan dalam pikirannya. Namun, hal tersebut tidak membuatnya menyerah untuk hidup. Ia berusaha mengisi sisa waktunya dengan kebahagiaan bersama orang yang dikasihinya. Kadang kita heran, bukankah manusia seperti itu lebih baik tenang-tenang saja karena kita tahu ada sesuatu yang lebih damai dan bahagia daripada kehidupannya yang menyakitkan? Cerita kedua memperlihatkan sosok manusia yang hidup dalam bayang-bayang orang lain. Ia merasa terlalu dibeda-bedakan sehingga ia tidak mampu melihat bakat yang ia miliki untuk menggambar masa depannya yang cerah. saat itulah, cinta memainkan perannya. Cinta tidak melulu soal ratusan karangan bunga dan tumpukan hadiah, tetapi juga soal memberikan dukungan satu sama lain menyatukan kelemahan masing-masing pihak, dan mengubahnya menjadi kekuatan dalam perjalanan. Cerita ketiga menggambarkan sosok yang kehilangan kepercayaannya pada Tuhan. Ia meragukan semuanya karena merasa Tuhan sudah tidak mendukungnya lagi di saat ia sudah bekerja semaksimal mungkin. Namun, di saat itulah ia bertemu seseorang yang kesusahannya jauh lebih berat darinya, bahkan sampai ke titik terendah keadaan jiwanya. Disitulah ia merasa bahwa imannya selama ini terlalu dangkal, menyangkal Tuhan hanya karena dua angka bertinta merah di atas kertas, takut tidak memiliki masa depan. Kalau orang seperti itu saja di pelihara Tuhan, bukankah ia jauh lebih beruntung? Pada akhirnya cara terbaik menggambar masa depan adalah hidup sebaik-baiknya dimasa kini. Tidak perlu takut pada sesuatu yang belum yentu terjadi. Jadilah diri sendiri, renda harapan sebanyak-banyaknya, dan nikmatilah waktu yang ada mengembangkan talenta atau bakat. Selalu ada mereka yang akan mendukungmu, apapun yang terjadi, meski kau sendiri tidak menyadarinya. Dan yang utama jangan menyalahkan Tuhan karena Ia memang tidak pernah salah. Seperti seorang ayah, Ia hanya ingin yang terbaik untuk anak-Nya meski hal itu berarti Ia harus bersikap keras kepadanya.//yn 

Berita Terbaru