Buku

Narasi Sugestif dalam Naskah Program Magazine Show Televisi The Femms Episode Zero Waste Is The New Taste

Skripsi penciptaan karya produksi program Magazine show The Femms episode Zero Waste is the New Taste ini disusun dengan latar belakang terdapat permasalahan kerusakan lingkungan akibat single use plastic yakni suatu proses terjadinya gangguan terhadap lingkungan karena sampah plastik. Tujuan penciptaan naskah magazine show televisi The Femms episode Zero Waste is the New Taste yakni untuk menghasilkan sebuah naskah magazine show televisi yang menerapankan susunan narasi sugestif, bersifat persuasive, menggunakan makna kata, dan gaya bahasa dengan majas simile. Penerapan metode tersebut agar program lebih mudah penyampaiannya dan menarik. Proses penulisan naskah dilakukan melalui tahapan menetapkan ide sebagai tema, dilanjutkan dengan pengembangan ide yang didahului dengan riset dengan metode studi Pustaka, observasi, dan wawancara. Naskah dalam program ini memiliki enam rubrik, yakni tentang Life Style, Fashion, DIY, Travelling, Tips n Trick, dan Kuliner. Metode pendekatan persuasif extended parallel process model, yakni pesan atau informasi yang dapat memunculkan ikatan emosi untuk mempengaruhi audien agar tergerak melakukan perubahan secara sadar dan tanpa paksaan yang dirancang untuk satu tujuan. Penulis fokus kepada pengembangan konten dan penulisan bahasa agar audien lebih tertarik dan teredukasi tentang bahaya kerusakan lingkungan yang terjadi disekitar serta solusi yang dapat dilakukan. //ir

Oleh NiMade Dharma Adnyaswari

Penerapan Representasi Visual dalam Penyutradaraan Dokumenter Televisi Stereotype Episode Middle Ground

Kehidupan di era modern cenderung membentuk manusia semakin individualistis. Kurangnya komunikasi dan rasa ketidakpedulian turut serta dirasakan dalam sebuah keluarga, dan membuat pribadi seorang anak tumbuh dengan memendam perasaannya sendiri. Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik mengangkat isu sosial yang ada melalui format program dokumenter televisi. Proses pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi pustaka. Peran seorang anak sulung, tengah, bungsu, dan tunggal dalam sebuah keluarga menjadi perspektif yang penulis ambil dalam pembungkusannya. Penciptaan karya produksi dokumenter Middle Ground bertujuan untuk menghasilkan program dokumenter televisi yang dikembangkan melalui representasi visual untuk membangun imajinasi penonton terhadap penyampaian informasi yang akan disajikan. Sebagai sutradara, penulis menitikberatkan pada penerapan representasi visual pada program dokumenter televisi Stereotype episode Middle Ground melalui metode sign/symbol dengan memperhatikan keselarasan teknik pengambilan gambar dan teknik penyuntingan gambar yang dinamis, agar terciptanya visualisasi gambar yang menarik tanpa menghilangkan fakta yang ada. Hasil akhir dari program ini bertujuan memberikan pesan tentang sebuah kompromi yang harus dicapai untuk memuaskan situasi antara anak dan orang tua. //ir

Oleh Oriza Cresentia

Pengembangan Ide Kreatif dalam Program Dokumenter Stereotype Episode Middle Ground

Penciptaan Karya Produksi program dokumenter Stereotype Episode Middle Ground dilatar belakangi fenomena yang sedang terjadi di masyarakat dengan masih banyaknya rasa ketidak pedulian dan kurangnya komunikasi yang dirasakan remaja dalam hubungan keluarga. Penciptaan karya produksi dokumenter Middle Ground bertujuan untuk menghasilkan program dokumenter televisi yang dikembangkan melalui ide kreatif produser dengan mengemas format program pada konten, sehingga program dapat mengedukasi dan menginspirasi penonton. Dalam penciptaan karya produksi penulis tertarik mengangkat ide tentang perspektif yang diambil dari posisi anak tunggal, sulung, tengah dan bungsu untuk dijadikan sebuah dokumenter televisi. Sebagai produser, penulis menitik beratkan pada pengembangan ide kreatif pada program dokumenter televisi Stereotype episode Middle Ground menggunakan metode pengembangan ide melalui wawancara dan representasi visual. Pengembangan ide dilakukan pada treatment yang digunakan dalam mengkonsep ide cerita dengan cara menetapkan tema dari cerita, selanjutnya penulis melakukan survei menggunakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi Pustaka. Hasil akhir dari program ini bertujuan memberikan pesan tentang sebuah kompromi yang harus dicapai untuk memuaskan situasi antara anak dan orang tua. //ir

Oleh Farkhat Khusnia Fajrin

Tangga Dramatik Elizabeth Lutters dalam Penulisan Naskah Drama Televisi "Vanila Latte"

Skripsi penciptaan karya produksi ini bertujuan menciptakan sebuah naskah drama televisi yang menarik dan memiliki dramatisasi dari aspek alur ceritanya. Dalam mewujudkan alur cerita yang menarik dengan membuat emosi penonton terdorong, penulis menggunakan struktur tangga dramatik yang dikemukakan oleh Elizabeth Lutters yang membagi struktur tangga dramatik menjadi tiga bagian, yaitu teaser, klimaks, dan closing/konklusi. Tahap menulis naskah drama televisi diawali dengan riset melalui studi pustaka dengan melihat referensi-referensi audio visual, observasi pada beberapa cafe serta wawancara dengan berbagai profesi untuk mendapatkan gambaran kehidupan anak muda saat ini. Melalui tahapan ini penulis menghasilkan sebuah naskah dengan pesan ringan untuk anak muda yang mudah dipahami dengan skenario yang disusun mengikuti alur tangga dramatik Elizabeth Lutters. Dramatisasi yang menyentuh emosi dilakukan dengan menerapkan tangga dramatik dalam skenario yang terdiri dari ; konflik, suspense, curiosity, dan surprise. Cerita tidak hanya menghibur, namun juga mengandung pesan moral dalam cerita. Penciptaan naskah drama “Vanila Latte”, menyajikan narasi yang menceritakan tentang kisah percintaan seorang barista dengan pelanggannya namun cinta itu tak terbalas. Penerapan tangga dramatik Elizabeth Lutters berhasil membangun rasa penasaran, ketegangan, dan kejutan sehingga menunjang dramatisasi cerita. //ir

Oleh Veronica Nauli Gultom

Simbolisme dalam Program Dokumenter Televisi di Balik Budaya Episode Wayang Kila

Penciptaan program Dokumenter televisi “Di Balik Budaya” episode “Wayang Kila” ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan-kebudayaan tersebut banyak yang belum diketahui sehingga masyarakat kurang mengenal kebudayaan Indonesia tersebut. Penciptaan program ini dibuat untuk mengulik tentang apa yang ada di balik sebuah budaya tersebut, atau dalam kata lain mencari tahu asal-usul atau latar belakang dari terbentuknya sebuah budaya. Program ini tidak hanya memberikan informasi atau edukasi tetapi juga hiburan. Penyusunan program dokumenter ini dimulai dari perencanaan mengenai ide awal, pengembangan ide dan konsep hingga proses produksi dan pasca produksi. Penulis menggunakan metode riset, observasi dan wawancara dengan beberapa narasumber yang terkait dalam pagelaran Wayang Kila. Penulis sebagai sutradara menciptakan Simbolisme dalam program terkait sebagai salah satu media dalam penyampaian pesan . Tujuan akhirnya adalah penonton yang menyaksikan acara Dibalik Budaya ini dapat terhibur dan juga mendapat informasi serta edukasi yang lebih mendalam sehingga masyarakat lebih mengenal tentang budaya-budaya yang ada di Indonesia. //ir

Oleh Fahad Hidayat

Berita Terbaru