Buku

Narator dalam Penyampaian Pesan Moral pada Drama Radio Anak "Sapi dan Gembala"

Drama radio merupakan salah satu program hiburan radio yang menyajikan secara audio, sebuah dramatisasi para tokoh dengan karakternya dalam suatu cerita. Tokoh merupakan penggerak cerita sehingga dramatisasi menjadi salah satu faktor pendukung dalam memerankan karakter pada drama. Narator adalah orang yang menceritakan sebuah cerita melalui suatu sudut pandang. Dialog para tokoh cerita dan narator pada drama radio dipandu oleh naskah yang dibuat oleh penulis naskah. Penulis naskah berperan dalam menciptakan dan melahirkan suatu ide cerita dengan memiliki kepekaan serta daya imajinasi tinggi. Skripsi penciptaan karya produksi Drama radio anak “Sapi dan Gembala” bertujuan untuk mengembalikan budaya mendongeng yang sudah mulai hilang di kalangan masyarakat. Serta menciptakan sebuah program drama radio yang menerapkan narator sebagai penyampai pesan moral pada anak. Penerapan penyampaian pesan moral pada anak tersebut menjadi lebih baik dengan didukung oleh karakter narator yang lembut dan mengayomi. Penokohan dalam drama yang didukung dengan teknik berbicara yang sesuai dan penggunaan bahasa yang sederhana dapat membangun karakter yang lebih kuat sehingga anak lebih memahami isi cerita. Drama radio “Sapi dan Gembala” menceritakan seputar kehidupan seorang gembala laki-laki dengan pesan moral yang disampaikan secara tersirat lewat narator. Penyusunan naskah drama radio ini didasari dari ide yang dikembangkan dalam cerita melalui survei dengan cara studi pustaka, dan observasi. Teknik penanaman moral pada anak dari Muhammad Nur Mustakhim dan teknik penulisan narasi Gorys Keraf, drama radio berjudul “Sapi dan Gembala” berusaha untuk membangun imajinasi dan menanamkan pesan moral pada audience anak-anak. //ir

Oleh Achmad Hamzah Wicaksono

Naskah Ekspositoris dalam Program Dokumenter Televisi "Dikara" Episode "Pahlawan Tanpa Pengakuan"

Kegemaran masyarakat dalam memelihara hewan di rumah menjadi salah satu gaya hidup. Fenomena yang meluas ini, melahirkan kasus-kasus penelantaran dan penganiayaan hewan yang sedang marak terjadi. Data menyebutkan, kasus penelantaran hewan peliharaan masih memprihatinkan di Yogyakarta, tercatatsebanyak 393 laporan kasus sejak Januari hingga Oktober 2019. Keinginan untuk mengajak masyarakat agar tidak menyakiti hewan terutama kucing, melatarbelakangi penciptaan karya produksi ini. Dokumenter potret “Dikara” episode “Pahlawan Tanpa Pengakuan” menceritakan kisah Sugiyanto, seorang tukang rongsok yang mendedikasikan hidupnya untuk merawat kucing-kucing jalanan. Sugiyanto juga kerap menyuarakan kepada masyarakat luas jika tidak menyukai kucing, jangan sakiti, jika sudah memutuskan untuk memelihara, jadilah bertanggung jawab. Dokumenter bersifat faktual dan informatif, karena cerita yang disajikan tidak sepenuhnya terpaku pada naskah dan dokumenter memuat informasi di dalamnya. Dokumenter potret mengupas aspek human interest, di mana cerita fokus pada kisah hidup Sugiyanto dan sepak terjangnya dalam menjalani hidup. Penulisan naskah menggunakan tipe naskah ekspositoris sebagai pedoman produksi, karena naskah jenis tersebut menggunakan bahasa yang logis dan tidak menimbulkan daya khayal, naskah sesuai data yang ada, sehingga informasi mudah diterima penonton. Program “Dikara” ditujukan untuk penonton usia 18-35 tahun, karena di usia tersebut informasi dan edukasi dapat diterima dengan mudah, karena tema yang diangkat juga dekat dengan keseharian penonton kisaran usia tersebut. //ir

Oleh Mutiara Rahmawati

Segmentasi Penonton dalam Program Dokumenter Televisi "Sudut Nusantara Episode Wanita-wanita Tangguh di Antara Jurang"

Skripsi penciptaan karya yang berjudul Segmentasi penonton dalam program dokumenter televisi “Sudut Nusantara Episode Wanita-wanita Tangguh di Antara Jurang” ini bertujuan untuk memproduksi program dokumenter untuk disiarkan melalui strategi produser dengan menggunakan segmentasi penonton. Program ini bercerita tentang ketangguhan wanita yang hidup di desa terpencil dan terisolir. Produksi program ini telah diproduksi dipimpin langsung oleh produser dengan menggunakan tahapan pra produksi hingga pascaproduksi yang telah disesuaikan dengan target penonton melalui strategi penonton agar sesuai dengan sasarannya. Melalui segmentasi penonton, diharapkan mampu memberikan tayangan yang sesuai dengan target yang direncanakan, memfokuskan segmentasi demografi yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan. Semua informasi dan data yang diperoleh melalui studi pustaka, wawancara dan riset ke lokasi. Produksi Program ini menerapkan teori Planning, Organizing, Actuating dan Controling sehingga memudahkan penulis sebagai produser dalam penyusunan karya. Penciptaan karya ini telah selesai diproduksi dan diunggah di youtube dan mendapatkan respon yang positif, penulis juga mendapatkan data penonton berdasarkan segmentasi yang ditentukan melalui google form. Hasilnya yaitu program tersebut ditonton oleh orang dengan usia 13-35 tahun, lebih didominasi oleh penonton yang berjenis kelamin perempuan, berjenjang pendidikan minimal Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berpendapatan lebih dari Rp 3.000.000. //ir

Oleh Khinanti Wulan Nugraheni

Narasi Ekspositoris pada Penulisan Dokumenter Televisi "Unseen" Episode "Ngaji Lelaku"

Penciptaan karya produksi dokumenter televisi “Unseen”, bertujuan menghasilkan sebuah naskah dokumenter televisi yang obyektif dan faktual sehingga lebih informatif, menghibur dan dapat mengedukasi penonton. Pada episode “Ngaji Lelaku” ini, program membahas tentang sebuah komunitas di Malang, Jawa Timur yang menjalankan ibadah sholat dengan menggunakan bahasa Indonesia. Cara beribadah komunitas Ngaji Lelaku yang tidak sama dengan masyarakat muslim pada umumnya ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Dalam dokumenter televisi jenis profile ini penulis menerapkan cara penulisan narasi pada naskah dengan menggunakan narasi ekspositoris yakni narasi yang menjelaskan apa yang terjadi berdasarkan fakta. Untuk mewujudkan naskah ini penulis melakukan riset dengan cara studi pustaka dari beberapa literatur dan artikel, wawancara mendalam dengan pengasuh komunitas Ngaji Lelaku,dan melakukan observasi kepada komunitas tersebut saat melaksanakan ibadah sholat. Melalui rangkaian kegiatan tersebut terciptalah sebuah naskah dokumenter televisi yang dapat memberikan informasi secara jelas sekaligus memberikan hiburan kepada penonton. //ir

Oleh Ilham Eko Setyadi

Penyutradaraan Program Magazine Show Sunday Funday Edisi Having Fun In Semarang

Karya produksi ini bertujuan untuk menciptakan program dengan menggunakan format Magazine Show yang berisi tentang referensi wisata di Kabupaten Semarang. Magazine Show merupakan format program yang memiliki sub format berbeda di setiap rubrik dan topiknya. Program Magazine Show “Sunday Funday” Episode “Having Fun In Semarang” menyajikan hiburan dan informasi mengenai kabupaten Semarang dari sisi tempat wisata, makanan khas, produksi batik asli kabupaten Semarang. Semua ide dan gagasan Penulis sebagai sutradara dipertanggungjawabkan terhadap aspek kreatif yang ditunjang dengan data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan statement dari beberapa narasumber. Tujuan pembuatan karya ini untuk menerapkan variasi type shot, camera angle dan komposisi dalam sebuah karya produksi magazine show televisi. Penerapan ini dituliskan dalam story board dan treatment sebagai acuan pada saat produksi yang diawali dengan cuplikan-cuplikan tentang kabupaten Semarang dan dilanjutkan dengan host mengajak penonton untuk selalu mengikuti kegiatannya karena perjalanannya dianggap akan seru sehingga menggoring penonton untuk terus melihat acara ini dan tidak merasa bosan. //ir

Oleh Wahyu Setyo Nugroho

Berita Terbaru