Buku

Komposisi Dan Angle Kamera Dalam Dokumenter Televisi Telusur Nusantara Edisi “Aliran Kepercayaan Sumarah”

Keberagaman di Indonesia terdiri dari suku,agama dan ras. Banyaknya kepercayaan lokal membuat Indonesia menjadi negara yang mengedepankan toleransi. Kota Yogyakarta memiliki beberapa kepercayaan lokal, salah satunya Sumarah. Sumarah adalah perkumpulan orang-orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sumarah melaksanakan ibadah penghayatnya dengan melakukan sujud Sumarah. Judul Penerapan Komposisi dan Kamera Angle dipilih untuk menyajikan tayangan yang layak ditonton dengan menampilkan visual yang bagus. Komposisi dan angle kamera sangat penting selain mennghasilkan gambar yang dinamis juga membuat penonton merasa nyaman untuk menikmati tayangan. Sehingga, penonton betah menyaksikan dokumenter tersebut.Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan gambar yang dinamis dan nyaman untuk dinikmati. Penulis menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, observasi, dan riset data sekunder. Penulis menggunakan teori komposisi dan angle kamera seperti rule of third dan variasi shot. penulis menerapkan variasi angle agar gambar yang dihasilkan lebih dinamis dan tidak membosankan. Hasil penelitian ini menyajikan fakta mengenai topik yang diangkat yaitu aliran kepercayan Sumarah. Selain itu, penulis juga menghasilkan gambar yang dinamis dan nyaman untuk dinikmati. Penelitian ini bisa menjadi pengingat bagi setiap individu untuk memperhatikan kedinamisan visual yang diciptakan melalui komposisi dan angle kamera.

Oleh Boby Irwanto Lawira

Pengembangan Ide Pada Penciptaan Karya Produksi Dokumenter Underexposed Dalam Edisi “Tionghoa, Tanah, Dan Yogyakarta”

Dalam pembuatan karya Tugas Akhir, penulis mengerjakan dokumenter televisi dengan jenis biografi dalam program Underexposed edisi “Tionghoa, Tanah, dan Yogyakarta” dengan Zaelous Siput Lokasari sebagai penutur. Karya ini berusaha untuk melihat sudut pandang Siput, sebagai etnis Tionghoa di Yogyakarta yang tidak memiliki hak kepemilikan atas tanah di Yogyakarta berdasarkan Surat Instruksi Wakil Gubernur DIY Nomor 898/I/A/1975 tentang Larangan Kepemilikan Hak atas Tanah bagi Warga Nonpribumi. Karya ini berfokus pada pengembangan ide dengan penggunaan tipe performatif yang memiliki fokus utama dalam pengemasan yang menarik. Mengacu pada tipe performatif, dokumenter ini dikemas menggunakan sub-format berupa narasi, grafis, wawancara, dan dokumentasi dengan menggunakan metode riset, wawancara, dan observasi. Karya skripsi ini bertujuan untuk mengimplementasikan teori pengembangan ide dalam penciptaan karya produksi dokumenter Underexposed edisi “Tionghoa, Tanah, dan Yogyakarta”.


Oleh Afiana

Gaya Bahasa Klimaks Dan Alegori Dalam Penulisan Naskah Produksi Dokumenter Televisi “Magistra” Edisi “Merajut Jiwa”

Kesehatan Mental menjadi isu yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat, sedangkan orang dengan gangguan jiwa menjadi orang–orang yang kerap kali dipinggirkan dan tidak dipedulikan. Tapi melalui Santren Jiwa Darusy Syifa Demak dibawah naungan Lil Abid dan Rumah Harapan Kampung Karangpatihan Ponorogo berkat inisiatif Kepala Desa Eko Mulyadi dengan metode penyembuhan yang berbeda yaitu spiritual dan pemberdayaan masyarakat ini mereka memiliki tujuan yang sama yaitu merangkul mereka, memanusiakan manusia, karena mereka juga manusia layaknya kita. Dari kisah inilah penulis memutuskan untuk membuat sebuah karya produksi dokumenter televisi dengan judul “Merajut Jiwa”. Metode yang diterapkan penulis dalam memperoleh data pada produksi ini adalah observasi lapangan, pendekatan dan wawancara dengan narasumber terkait, serta dokumentasi audio-visual. Penulis sebagai penulis naskah membuat karya dokumenter televisi dengan menerapkan Gaya Bahasa Klimaks dan Alegori dalam Penulisan Naskah Produksi Dokumenter Televisi “Magistra” edisi “Merajut Jiwa”. Berdasarkan Analisa penciptaan yang penulis jabarkan, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan gaya bahasa dalam penulisan naskah dokumenter sangat baik untuk membangun keindahan kalimat dan imajinasi penonton.

Oleh Aisyah Balqis Nur Zain

Gaya Naratif Naskah Feature Televisi “Eksotik” Episode Batik Shibori”

Batik Shibori merupakan salah satu kerajinan batik, namun menggunakan cara yang berbeda dibandingkan dengan teknik membatik pada umumnya. Batik biasanya dibuat dengan cara menorehkan cairan malam dengan cara dicat atau dicap. Sedangkan dalam batik shibori ini dilakukan dengan cara dilipat, diikat, dijahit ataupun diserut, kemudian dicelupkan kedalam air pewarna. Teknik Shibori ini dikenal mempunyai efek kejutan yang tinggi, sebab tidak ada yang tahu motif apa yang akan dihasilkan. Rententan teknik kegiatan tersebut yang cukup menarik dan memungkinkan untuk diwujudkan kedalam bahasa visual dan diceritakan menggunakan gaya naratif. Karya ini menggunakan gaya naratif sehingga bertujuan untuk menciptakan naskah yang menarik, menceritakan secara runtut dan mudah dipahami khalayak. Untuk menghasilkan naskah bergaya naratif yang sesuai dengan tujuan produksi, menggunakan metode penelitian interview secara online maupun offline dengan narasumber terkait, observasi online melalui internet maupun offline ke lokasi pameran batik Shibori dan dokumentasi untuk melengkapi bukti observasi Shibori. Penciptaan naskah produksi feature melalui tahapan pra produksi, produksi hingga pasca produksi. Sedangkan alur cerita pada karya produksi feature ini disusun secara cermat, cerita dipaparkan secara runtut dan mengandung informasi yang menarik.

Oleh Ratriana Dewi Utari

Kontinuitas Visual Dan Audio Dalam Program Feature “Eksotik” Episode “Pesona Batik Shibori”

Shibori merupakan kerajinan batik yang dibuat dengan cara menorehkan cairan malam dengan cara dicat atau dicap, kemudian dilipat dan, diikat, dijahit ataupun diserut, dicelupkan kedalam air pewarna. Teknik ini dikenal karena efek kejutan yang tinggi, sebab tidak ada yang tahu motif apa yang akan dihasilkan. Rentetan teknik kegiatan ini cukup menarik dan memungkinkan untuk diwujudkan ke dalam bahasa visual. Penulis sebagai Pengarah Acara berfokus pada kontinuitas yang bertujuan untuk membangun kemasan visual dan audio dengan alur kontinyu. Informasi terkait digali lewat tahap observasi, wawancara, dan dokumentasi, melalui proses produksi tiga tahap yaitu: pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Hasilnya diterapkan ke dalam wujud kontinuitas gambar, alur cerita dan suara, sehingga program ini dapat dinikmati dengan baik bagi pemirsa. Program ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang batik Shibori, sekaligus mengajak masyarakat untuk melestarikan batik Shibori.

Oleh Fryda Arthaviana Putri

Berita Terbaru